Assalaamu’alaikum,
Selamat hari
Jum’at .. mari kita rayakan hari ini!! ^^
Ngomongin tentang pemimpin, kalo yang lagi nge-hits saat ini
adalah tentang Bapak Presiden Republik Indonesia , bapak Joko Widodo. Walaupun
pilpres telah lewat namun nampaknya masih rame aja , nich di social media.
Baru-baru ini di jagad twitter menjadi trading topic selama empat hari
berturut-turut tagar/ hashtag #BukanUrusanSaya yang kemudian disusul dengan
#EhBohongLagi .
Memang,ya… rakyat Indonesia khususnya netizen sangat
“perhatian” sekali dengan sosok bapak Joko Widodo. Jika kita gali lagi sepak
terjangnya di kancah politik memang bikin kita bilang WOW (boleh sambil koprol,
kok).
Saya tertarik ngomongin pemimpin lantaran saya juga ingin
mempunyai rasa yang tulus mencintai pemimpin kita sehingga do’a yang keluar
saat mendo’akan pemimpin adalah do’a-do’a yang baik. Selain itu, ketertarikan terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara / dunia politik bisa untuk mengasah salah satu dari
tujuh Multiple Intelegent juga. Maka dari itu saya ungkapkan di awal agar kita bisa sama-sama belajar memiliki ketulusan terhadap
pemimpin.
Bak dua orang yang saling mencintai, suami-istri ,suami
sebagai pemimpin dan istri sebagai yang dipimpin, mereka pasti mengharapkan
pasangannya tulus, kan? Menurut saya, tidak berbeda dengan kita dan presiden.
Presiden yang memimpin dan rakyat yang dipimpin.
Seperti yang sudah kita tahu, Indonesia adalah Negara yang
mayoritas penduduknya muslim. Jadi, pemimpin orang-orang muslim ( para
penguasa, wakil-wakilnya, dan para ulama ) haruslah dari orang Islam
sendiri agar mereka ditaati.
Allah SWT berfirman :
“Taatlah kalian kepada Allah, taatlah kepada Rasul dan penguasa dari kalian." ( QS
An Nisa’ : 59 )
Ketulusan kepada para pemimpin adalah dengan menyukai
kebaikan, kebenaran, keadilannya, bukan lantaran individunya. Jika pemimpin itu baik, melalui
kepemimpinannya kemaslahatan/kebaikan kita(rakyatnya) bisa terpenuhi. Dengan
begitu, persatuan rakyat dibawah kepemimpinan mereka akan terwujud.
Ketulusan kepada para pemimpin, bisa dilakukan dengan cara
membantu mereka untuk senantiasa berada dalam rel kebenaran, menaati mereka
dalam kebenaran, dan mengingatkan mereka dengan cara yang baik.
Karena tidak
ada kebaikan, bagi masyarakat yang tidak
mau mengatakan kepada penguasa yang zalim, “Anda zalim.”
Tidak ada kebaikan, bagi penguasa yang menindas rakyatnya dan membungkam orang-orang yang berusaha menasehatinya,yang lebih bahaya lagi jika para penguasa menutup telinganya rapat-rapat agar tidak mendengar suara-suara kebenaran.
Dalam kondisi seperti ini,yang terjadi adalah kerendahan
dan kehancuran. Nauzdubillah…
Para Ulama
Ketulusan para ulama terhadap pemimpin
dilakukan dengan jalan meng-counter berbagai pendapat sesat yang berkenaan
dengan Al-Quran dan Sunah. Menjelaskan berbagai hadist, apakah hadist itu
shahih atau dha’if.
Ulama juga mempunyai tanggung jawab yang besar untuk selalu
menasehati para penguasa, ulama harusnya senantiasa menyerukan agar mereka
berhukum dengan hukum yang sempurna (hukum
Allah dan Rasul-Nya).
Jika mereka(ulama) lalai dalam mengemban tanggung jawab
ini,hingga tidak ada satupun orang yang menyuarakan kebenaran di depan
penguasa, maka kelak Allah akan menghisabnya.
Nah! Dimintai pertanggung jawaban
juga, kan?
Rasulullah saw bersabda, “Sesuingguhnya jihad yang paling
mulia adalah mengatakan kebenaran di hadapan penguasa yang semena-mena.”
Mereka juga akan dimintai pertanggung jawaban jika mereka
justru memuji penguasa yang semena-mena, bahkan kemudian menjadi corong mereka.
Jika kita masih peduli akan kebaikan para pemimpin ,kita
(rakyat) harus senantiasa mengingatkan mereka akan tanggung jawab tersebut,
dengan bahasa yang baik. Juga tidak mencerca mereka, karena dapat
mengurangi kewibawaannya dan menjadikan mereka bahan tuduhan.
Mari sama-sama berusaha memiliki ketulusan kepada pemimpin,
kita do’akan agar pemimpin kita menjadi pemimpin yang adil jika mereka belum
adil. Menjadi pemimpin yang tidak semena-mena terhadap masyarakat yang dipimpin.
Sama-sama mengingatkan para pemimpin akan tanggung jawab besarnya.
Jangan bilang ini #BukanUrusanSaya.
0 komentar:
Post a Comment
Hai, terima kasih sudah membaca dan berkomentar. :)
Mohon maaf komentar dimoderasi karena banyak spam yang masuk.