Assalaam'alaikum...
Dalam rangka #K3BKartinian tahun ini, posting serentak yang diusung adalah tema tentang "Ibu Mertua" atau dalam bahasa Koreanya, SiEomeonim. Postingan ini sangat berpotensi memunculkan curahan hati yang sudah begitu lama terpendam. *ditebelin biar dramatis* :))
Sudah lama sebenernya pengen cerita tentang ibu mertua, cuman selalu gagal karena ... (titik-titik).
Jadi, kalau manteman nggak mau baca curhatan dari saya ini, mending skip aja ke bawah dan langsung tulis komentar : "Postingannya sedih kakak, jangan lupa BW balik ya." hahaha
Kalau mau lanjut baca, ya monggo. Semoga cerita saya ini bisa minimal membuat manteman so happy dengan sieomeonim masing-masing.
1. Ibu Mertua Kandung
Saya menikah dengan Abudi sudah hampir 7 tahun. Dan selama itu saya belum pernah bertemu ibu mertua saya, karena beliau sudah meninggal sejak Abudi berumur 2 tahun. Menurut cerita dari suami saya, tidak banyak kenangan yang bisa diingat karena masih kecil sekali. Hanya dari cerita nenek , bibi/tante lah kenangan-kenangan akan Almarhumah bisa didapat. Tidak banyak juga foto yang masih tertinggal.
Dari cerita bapak mertua, bibi, uwak, dan Abudi, beliau adalah anak terpandai diantara saudara-saudaranya dan paling lemah lembut diantara saudara-saudaranya. Almh adalah orang yang berbudi pekerti baik, saaangaaat baik kepada siapapun. Sangat baik kepada suaminya dan kepada mertuanya juga. Hingga dari seluruh cerita yang saya dengar tidak ada satupun cerita tentang keburukannya. Subhanallah.
.....dan yang bikin saya kaget campur haru dan meleleh adalah ketika Abudi dan bapak mertua bilang, bahwa sifat saya yang pendiam ini mirip dengan Almarhumah ibunya. ( Ah, eomeonim... pantaskah saya disamakan dengannya. )
"Eomeonim, semoga bahagia dalam haribaan-NYA." aamiin
2. Ibu Mertua Sambung
Yang saya kenal sekarang adalah ibu mertua sambung atau ibu tiri dari Abudi. Tidak bermaksud mendiskriminasikan sebutan "Ibu Tiri" dan tidak pula bermaksud men-generalisasi-kan bahwa "Ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja." *sing a song*
Ada juga ibu tiri yang baiknya luar biasa melebihi ibu kandung. Ada, tapi sangatlah jarang yang seperti itu.
Mungkin kalau dipandang dari kasat mata, saya ini termasuk menantu yang kurang baik. Sampai hampir 7 tahun saya menjadi menantunya, kunjungan ke rumah ibu mertua saya masih bisa kehitung sama jari tangan. Padahal rumah juga masih di kawasan Bandung, tapi memang agak jauh kalau dijangkau dengan motor. Selain itu, sikap ibu mertua yang kurang welcome membuat merasa tidak nyaman.
Makanya, saya itu merasa iri banget... BANGET!! T_T
( Padahal kata guru Agama dan PPKN sifat iri itu gak boleh, kan ya? :( )
Kalau ada teman-teman yang ibu mertuanya baik dan perhatian sama menantu perempuannya. Seperti teh Eka Riani pemilik kaos Gurita yang umroh bareng ibu mertuanya. Atau seperti teman yang dikasih hadiah rumah sama ibu mertuanya.
Aaah, jangankan hal yang istimewa seperti itu, hal kecil semacam belanja ke pasar bareng ibu mertuanya, memasak di dapur bareng ibu mertuanya, atau seperti cerita teh Dydie Prameswari yang pernah pagi-pagi dianterin masakan sama ibu mertuanya. Duuuh, senang banget yaaa... :(
Walaupun begitu, saya tetap berdoa : Semoga ibu mertua saya dibukakan pintu hatinya, dan dilembutkan perasaannya. Sehingga orang-orang disekitarnya bisa menyayanginya dengan hati yang ikhlas.
*nah curhatnya sudah mendalam banget kan?*
*plak plak* dikeplak biar sadar
Ta..tapi kalau hidup ini hanya memandang kesedihan dan kekurangan mah gak akan bahagia atuh. Jadi tetap bersyukur aja , ya Win. Semua diambil hikmahnya aja. Pasti ada pembelajarannya.
Terus terus, kalau saya melihat cerita-cerita manteman saya yang dapat cobaan yang lebih besar lagi, saya merasa : Apa yang saya alami belum apa-apa dibanding mereka dengan permasalahannya masing-masing. Jadi, tetap tersenyum dan fokus sama tujuan hidup kita aja ya cyiiin!
Udah ah, gitu aja yang bisa saya ceritain. Nggak bisa detail karena ntar jatuhnya ke ghibah.
Selamat Kartinian untuk kita para perempuan Indonesia.
Cimahi, 19 April di siang yang haredang.
Dalam rangka #K3BKartinian tahun ini, posting serentak yang diusung adalah tema tentang "Ibu Mertua" atau dalam bahasa Koreanya, SiEomeonim. Postingan ini sangat berpotensi memunculkan curahan hati yang sudah begitu lama terpendam. *ditebelin biar dramatis* :))
Sudah lama sebenernya pengen cerita tentang ibu mertua, cuman selalu gagal karena ... (titik-titik).
Jadi, kalau manteman nggak mau baca curhatan dari saya ini, mending skip aja ke bawah dan langsung tulis komentar : "Postingannya sedih kakak, jangan lupa BW balik ya." hahaha
Kalau mau lanjut baca, ya monggo. Semoga cerita saya ini bisa minimal membuat manteman so happy dengan sieomeonim masing-masing.
1. Ibu Mertua Kandung
Saya menikah dengan Abudi sudah hampir 7 tahun. Dan selama itu saya belum pernah bertemu ibu mertua saya, karena beliau sudah meninggal sejak Abudi berumur 2 tahun. Menurut cerita dari suami saya, tidak banyak kenangan yang bisa diingat karena masih kecil sekali. Hanya dari cerita nenek , bibi/tante lah kenangan-kenangan akan Almarhumah bisa didapat. Tidak banyak juga foto yang masih tertinggal.
Dari cerita bapak mertua, bibi, uwak, dan Abudi, beliau adalah anak terpandai diantara saudara-saudaranya dan paling lemah lembut diantara saudara-saudaranya. Almh adalah orang yang berbudi pekerti baik, saaangaaat baik kepada siapapun. Sangat baik kepada suaminya dan kepada mertuanya juga. Hingga dari seluruh cerita yang saya dengar tidak ada satupun cerita tentang keburukannya. Subhanallah.
.....dan yang bikin saya kaget campur haru dan meleleh adalah ketika Abudi dan bapak mertua bilang, bahwa sifat saya yang pendiam ini mirip dengan Almarhumah ibunya. ( Ah, eomeonim... pantaskah saya disamakan dengannya. )
"Eomeonim, semoga bahagia dalam haribaan-NYA." aamiin
2. Ibu Mertua Sambung
Yang saya kenal sekarang adalah ibu mertua sambung atau ibu tiri dari Abudi. Tidak bermaksud mendiskriminasikan sebutan "Ibu Tiri" dan tidak pula bermaksud men-generalisasi-kan bahwa "Ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja." *sing a song*
Ada juga ibu tiri yang baiknya luar biasa melebihi ibu kandung. Ada, tapi sangatlah jarang yang seperti itu.
Mungkin kalau dipandang dari kasat mata, saya ini termasuk menantu yang kurang baik. Sampai hampir 7 tahun saya menjadi menantunya, kunjungan ke rumah ibu mertua saya masih bisa kehitung sama jari tangan. Padahal rumah juga masih di kawasan Bandung, tapi memang agak jauh kalau dijangkau dengan motor. Selain itu, sikap ibu mertua yang kurang welcome membuat merasa tidak nyaman.
Makanya, saya itu merasa iri banget... BANGET!! T_T
( Padahal kata guru Agama dan PPKN sifat iri itu gak boleh, kan ya? :( )
Kalau ada teman-teman yang ibu mertuanya baik dan perhatian sama menantu perempuannya. Seperti teh Eka Riani pemilik kaos Gurita yang umroh bareng ibu mertuanya. Atau seperti teman yang dikasih hadiah rumah sama ibu mertuanya.
Aaah, jangankan hal yang istimewa seperti itu, hal kecil semacam belanja ke pasar bareng ibu mertuanya, memasak di dapur bareng ibu mertuanya, atau seperti cerita teh Dydie Prameswari yang pernah pagi-pagi dianterin masakan sama ibu mertuanya. Duuuh, senang banget yaaa... :(
Walaupun begitu, saya tetap berdoa : Semoga ibu mertua saya dibukakan pintu hatinya, dan dilembutkan perasaannya. Sehingga orang-orang disekitarnya bisa menyayanginya dengan hati yang ikhlas.
*nah curhatnya sudah mendalam banget kan?*
*plak plak* dikeplak biar sadar
Ta..tapi kalau hidup ini hanya memandang kesedihan dan kekurangan mah gak akan bahagia atuh. Jadi tetap bersyukur aja , ya Win. Semua diambil hikmahnya aja. Pasti ada pembelajarannya.
Terus terus, kalau saya melihat cerita-cerita manteman saya yang dapat cobaan yang lebih besar lagi, saya merasa : Apa yang saya alami belum apa-apa dibanding mereka dengan permasalahannya masing-masing. Jadi, tetap tersenyum dan fokus sama tujuan hidup kita aja ya cyiiin!
Udah ah, gitu aja yang bisa saya ceritain. Nggak bisa detail karena ntar jatuhnya ke ghibah.
Selamat Kartinian untuk kita para perempuan Indonesia.
Cimahi, 19 April di siang yang haredang.
amin semoga doanya diijabah Tuhan untuk ibu mertua tirinya dan semoga ibu mertua kandung di bahagiakan disisinya, maaf, i am.sorry to hear that
ReplyDelete@guru5seni8
www.kartunet.or.id
aamiin
DeleteAh. Semoga doa Mbak didengar olehNya Mbak. Saya sendiri blm pengalaman jd hanya bisa lewat doa.
ReplyDeleteFebriyanlukito.com
aamiin, trims Mas Ry
DeleteSaya sudah nggak punya ibu mertua ketika menikah. Tapi sempat merawat beliau ketika sakit keras menjelang kami menikah, bahkan menceboki segala dan menunggui sampai sakatul maut. Al Fatihah untuk beliau. Maaf jadi curhat :)
ReplyDeleteAl Fatihah :)
DeleteSemog ibu mertua kandung bahagia disisiNya dan semofa ibu mertua sambung segera dibuka hatinya untuk bersikap baik pd menantunya.amin :)
ReplyDeleteaamiin. trims mak
Deletekunjungan juriiii
ReplyDeleteTengkiyu Mak Juriii :*
DeleteLoh, perasaan tadi sudah komentar panjang lebar :(
ReplyDeleteBaiklah kuulang, semoga sioemeoni bukan karena ga mau berbaik hati tapi dia cuman ga tau caranya aja
Semoga :(
DeleteIbu mertuanya baca gak nih???
ReplyDeleteNggak mungkin, tapi semoga aja baca ya
Deletenemu yg mirip lagi nech...ibu mertua ada 2, tapi alhamdulilah semuanya baik...., sabar ya mak... semoga suatu saat nanti beliau merindukan menantunya...
ReplyDeleteIn Shaa Allah, Mbak bisa segera rukun dengan ibu mertua yah.. Aamiiin..
ReplyDelete