sumber gambar |
"Gaji cuman numpang lewat doang. Buat bayar ini bayar itu udah ludes gak bersisa."
"Sepuluh tahun kerja jadi buruh, masih gini-gini aja. Gak ada perubahan."
"Gaji saya udah naik, tapi tetep nggak cukup untuk memenuhi kebutuhan."
Kita sering sekali mendengar celotehan seperti di atas, ya kan? Atau kita juga masih mengalaminya? Hati-hati kawan, berarti kita masih belum bisa mengatur keuangan dengan benar.
Lalu ada yang bilang, "Semakin besar pendapatan, semakin besar pula pengeluaran."
"Semakin besar gaji/pendapatan, semakin meninggi pula gaya hidup seseorang."
Betul, kita lihat ilustrasi ini.
Sebut saja ia Mawar.
Mawar seorang karyawan di sebuah perusahaan dengan gaji dibawah UMR karena dia sedang dalam masa magang. Tiap hari pergi dan pulang kerja naik angkot. Karena gaji kecil, setiap hari dia membawa bekal untuk makan siang. Akhir pekan ia gunakan untuk beres-beres dan membaca buku di rumah. Sehingga gaji sebulannya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Tiga bulan berikutnya, Mawar diterima menjadi karyawan kontrak untuk enam bulan ke depan. Gajinya sekarang sudah UMR (Upah Minimum Regional) seperti karyawan yang lain. Pulang-pergi ke tempat kerja masih menggunakan angkot. Karena sudah kenal dengan teman kerja, sepulang kerja kadang dia main ke tempat makan. Akhir pekan ia masih suka menghabiskan waktu di rumah. Nonton DVD.
Enam bulan berikutnya, kontraknya diperpanjang menjadi satu tahun kontrak. Karena pengeluaran untuk angkot lumayan besar, maka Mawar memberanikan diri untuk kredit motor dengan DP rendah dan cicilan rendah dengan jangka waktu yang panjang. Jadi alokasi dana untuk angkot, sekarang pindah untuk cicilan motor. Akhir pekan, Mawar mulai sering menghabiskan waktu di luar bersama teman-teman kerjanya. Nonton di bioskop, ngopi-ngopi cantik di cafe, dan belanja pakaian. Semua gajinya di akhir bulan tak bersisa, karena dia pikir awal bulan akan menerima gaji kembali.
Dua tahun berlalu. Sekarang Mawar sudah diangkat menjadi karyawan tetap oleh perusahaannya. Dia dapat bonus, tips dan lain-lain selain gaji pokok UMR. Semakin banyak gaji yang ia dapat, gaya hidupnya juga semakin meningkat. Mawar makin sering ke salon, ke Factory Outlet dan butik untuk beli baju demi menunjang penampilannya. Baju, sepatu, tas dan lain sebagainya semua bermerk. Sedangkan motor masih nyicil untuk setahun ke depan. Akhir bulan, seperti biasa gajinya habis. Awal bulan, gaji yang ia terima lebih banyak untuk membayar cicilan barang-barang yang ia beli secara kredit.
Lima tahun kemudian, dia diangkat menjadi supervisor. Gaya hidupnya semakin meningkat.
Bertahun-tahun kerja di perusahaan itu, akhirnya jabatannya naik menjadi General Manager (GM). Gajinya sudah makin tinggi dibanding karyawan biasa. Sebagai GM dia berpikir untuk membeli mobil. Iya lah, masa iya GM masih naik motor. Sebagian gajinya kini dipakai untuk menyicil mobil dan sebagian yang lain untuk kebutuhan hidup. Rumah? Mawar memilih mengontrak rumah.
sumber gambar |
Lalu, apakah ia sudah termasuk orang kaya? Pasti sebagian orang menjawab IYA.
Oiya?
Coba kita lihat dulu definisi KAYA menurut beberapa sumber.
Definisi kaya menurut majalah Forbes. Orang kaya adalah mereka yang mempunyai pendapatan sekurang-kurangnya US$ 1 Juta setahun. Jika di kurskan ke Rupiah (dengan US$ 1 = Rp 14.000) maka penghasilannya setahun minimal 14 Milyar Rupiah. Itulah kaya menurut Majalah Forbes.
Definisi kaya menurut Tung Desem Waringin dan Robert T. Kiyosaki. Orang kaya adalah mereka yang mempunyai passive income (uang yang masuk tanpa harus bekerja) lebih besar dari pada gaya hidup yang mereka inginkan.
Definisi kaya menurut Safir Senduk. Orang kaya adalah orang yang paling banyak investasinya.
Jika membaca ilustrasi di atas, apakah Mawar sudah termasuk orang kaya? Belum. Karena Mawar tidak menyisihkan pendapatannya untuk investasi. Jadi jika Mawar berhenti bekerja dia tidak akan mendapatkan penghasilan. Jadi disinilah investasi mengambil peranan penting untuk passive income.
Lalu, seharusnya bagaimana Mawar mengatur pemasukannya?
Kita lihat dulu pola pengaturan keuangan menurut Safir Senduk.
Jika pemasukan ( katakanlah ) 10 juta, pengeluaran untuk biaya hidup 10 juta bahkan lebih. Berarti orang ini dikategorikan orang miskin.
Jika pemasukan 10 juta, 20% nya barang konsumtif dan sisanya 80% untuk biaya hidup, orang ini dikategorikan sebagai orang yang biasa-biasa saja atau menengah.
Sekarang kita lihat polanya orang kaya. Orang kaya itu, cashflownya gini : 20% untuk investasi, 30% untuk barang konsumtif, sisanya yang 50% untuk biaya hidup.
Nah sekarang kita tinggal pilih, mau dibagian mana kita berada. Atau pertanyaannya gini deh, saat ini, kita termasuk yang mana? Kaya, menengah, atau... miskin?
Pasti semua menjawab ingin kaya. Iya kan?
Jika kita ingin termasuk orang kaya, kita harus pintar-pintar mengatur arus keluar masuk uang ( cashflow ) karena ini sangat menentukan di bagian manakah kita berada.
Ada tiga macam cashflow ( masih ) menurut Safir Senduk :
1. Miliki Investasi Sebanyak Mungkin
Dari tadi bicara investasi investasi investasi. Investasi yang gimana, sih?
Banyak investasi yang bisa dipilih. Jika pendapatan masih sedikit, mulailah berinvestasi dengan investasi emas dan tabungan berjangka. Jika pendapatan sudah lumayan banyak, bisa meningkat ke saham. Beli saham pada perusahaan-perusahaan yang go public. Gampangnya, perusahaan yang belakangnya ada embel-embelnya 'Tbk' berarti sahamnya bisa dimiliki oleh siapa saja.
Selain saham, ada juga investasi dalam bentuk reksadana, unit link.
Tapi yang paling menjanjikan adalah investasi properti. Properti ini bisa berupa tanah dan rumah yang disewakan ( dijadikan kost-kostan ). Ivestasi properti dijadikan sebagai dana pensiun.
2. Siapkan Dana untuk Masa Depan
Masa depan bukanlah misteri jika kita menyiapkan dari sekarang. Kita ingin menyekolahkan anak sampai perguruan tinggi, punya rumah, ingin punya bisnis sendiri, ingin berlibur atau perjalanan ibadah, dan pensiun di hari tua? Semua itu harus dipersiapkan dari sekarang.
3. Atur Pengeluaran
Mengatur pengeluaran disini bukan berarti kita harus mengeluarkan uang sesedikit mungkin, tapi berusaha agar pengeluaran kita tidak melebihi pemasukan.
Yang harus kita lakukan adalah : membedakan mana kebutuhan yang wajib, mana yang butuh, dan mana yang ingin. Pengeluaran wajib ini harus didahulukan karena jika tidak, ada siklus yang akan terhenti. Biaya wajib seperti bayar listrik, air, bayar sekolah anak, dsb. Sedangkan butuh, seperti keperluan dapur, pulsa, internet. Ingin. di sini kita harus mengenali dimana keinginan kita lalu kurangi pelan-pelan. Misalnya saja, keinginan di fashion ( membeli baju mode terbaru beserta aksesorisnya ) dan gedget (membeli gadget keluaran terbaru ).
Ada empat urutan penting dalam mengatur pengeluaran :
Yang pertama sekali adalah cicilan hutang, maksimal pengeluaran untuk cicilan hutang adalah 30% dari penghasilan. Nggak boleh lebih dari itu.
Kedua adalah tabungan atau investasi yang minimal dikeluarkan sebanyak 10% dari penghasilan. Nggak boleh kurang , lebih boleh.
Ketiga adalah Premi Asuransi sebesar maksimal 10% dari penghasilan.
Keempat adalah biaya hidup, maksimal 50% dari penghasilan.
Lalu, zakat dan sedekah disimpan diurutan keberapa? Jika sebagai Muslim, zakat dan sedekah haruslah berada di urutan pertama dengan minimal 5% dari penghasilan. Jadi, itu gimana kitanya aja ngatur-ngaturnya. Mungkin bisa dimasukkan ke golongan tabungan dan investasi.
Miliki Proteksi
Dengan memiliki proteksi, memang nggak menjamin hidup kita aman, tapi kita tidak akan kalang kabut jika terjadi sesuatu pada diri dan keluarga.
Miliki Asuransi
Beberapa resiko yang mungkin terjadi adalah : kecelakaan, kematian, sakit, kecelakaan pada rumah dan kendaraan, PHK ( Pemutusan Hubungan Kerja ). Oleh sebab itu kita perlu memiliki asuransi, entah itu asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi kerugian, dll.
Pentingkah Asuransi?
Jawabannya penting.
Asuransi ini ibarat payung.Payung tak menjamin hujan tidak akan turun, tapi payung menjamin kita tidak akan basah saat hujan.
Miliki Dana Cadangan
Dana cadangan untuk proteksi jangka pendek. Digunakan sewaktu-waktu atau dengan kata lain pengeluaran tak terduga.
Miliki Sumber Penghasilan Lain
Jika kita karyawan seperti Mawar, maka alangkah baiknya jika kita punya pengasilan lain selain dari gaji dari perusahaan. Jika sewaktu-waktu diPHK masih ada sumber penghasilan yang lain.
Jadi, apakah karyawan dan blogger seperti kita masih bisa jadi orang kaya? BISA. Berinvestasilah!
Baca juga reportase Jumpa Blogger Sun Life bersama Safir Senduk.
sumber gambar |
Setahun minimal 14 M baru disebut kaya oleh Forbes ya :)
ReplyDeleteCocok banget dengan apa yg disampaikan Safir Senduk, termasuk sumber penghasilan lain itu. Semogaa... aamiin...
Saya juga sreg sama apa yg disampaikan Safir Senduk, Pak.
Deleteperlu kedisiplinan ya Mak.. utk mengeluarkan uang sesuai persentasenya..
ReplyDeletebanget. Disiplin banget. Berani tegas bilang NO :)
Deletepengen jadi orang kaya, ah....
ReplyDeleteAku gak pengen, tapi harus. hihi
Deleteada yang kurang tuh mbak hehe definisi kaya menurut Rasul SAW hehe, pasti langsung adem dah hati... hehe....
ReplyDeleteBetul juga ya Mas. Tapi kalau udah mbahas kekayaan menurut Rasulullah akan panjang bahasannnya. :')
Delete