Menyemarakkan Pekan ASI Dunia yang jatuh pada tanggal 1-7 Agustus, ijinkan saya bercerita sedikit tentang perjuangan saya memberikan ASI ekslusif di 6 bulan pertama kedua anak saya. Apa saja yang sudah saya lakukan untuk persiapan dan pelaksanaan pemberian ASI sehingga bisa berhasil.
Yang sudah-sudah, pembahasan tentang ASI vs sufor selalu menjadi pro-kontra para ibu di jagad raya ini. Makanya saya biasanya hanya menyimak saja pembahasan ini dan berusaha memposisikan diri di keduanya. Sehingga saya menulis ini hanya bermaksud berbagi pengalaman sukses dalam memberikan ASI eksklusif.
Persiapan Sebelum Hari Kelahiran Tiba
Jauh sebelum bayi saya lahir, saya sudah berencana bahwa nanti saya hanya akan memberikan ASI tanpa bantuan susu formula di 6 bulan pertamanya. Karena sudah berencana dan bertekad seperti itu, maka dari awal kehamilan anak pertama, saya mencari ilmunya dengan membaca-baca informasi di internet dan juga menanyakan langsung kepada bidan/dokter saat memeriksakan kandungan. Sambil selalu memanjatkan doa agar nanti semuanya berjalan lancar.
Selain mengumpulkan berbagai macam informasi, saya juga menyiapkan "alat"nya (baca:payudara) agar saat nanti digunakan sudah siap. Kalau tidak dipersiapkan dari jauh hari, kemungkinan besar bisa lecet saat menyusui.
Apa saja persiapannya? Antara lain: disaat mandi, bersihkan puting susu dari daerah aerola (daerah yang berwarna gelap). Di area puting ini, biasanya ada kotoran baik itu kulit mati atau daki yang menutupi lubang-lubang kecil tempat keluarnya air susu. Nah, setiap mandi saya bersihkan itu dengan lembut, nggak perlu digosok pake batu kali, ya. hehe
Sambil dibersihkan, juga sambil dipilin-pilin dan ditarik-tarik. Pijatan pilin-tarik ini membuat puting menjadi lebih panjang sehingga nanti pas diberikan ke bayi lebih mudah. Lalu melakukan pijat di area payudara dengan baby oil atau minyak zaitun.
Persiapan lainnya adalah membaca cara menyusui yang baik dan benar. bagaimana posisinya dan segala macam tentang hal teknis menyusui bayi baru lahir. Ini penting karena, posisi atau cara ibu menyusui juga berpengaruh terhadap kesuksesan memberikan ASI.
Mencari informasi tentang makanan yang bisa meningkatkan produksi ASI. Jadi saat trimester ketiga saya perbanyak makan makanan tersebut. Bisa search sendiri bahan makanan apa saja yang bisa meningkatkan produksi ASI. Jangan malas mencari informasi sebanyak mungkin ya, Moms.
Setelah Bayi Lahir
Setelah bayi lahir kedunia, perasaan yang meluap-luap pada saya tak bisa terelakkan. IMD yang saya idamkan tak bisa terlaksana karena Bu Bidan berkata saya sudah terlihat dalam kondisi kelelahan. Jadi proses menyusu pertama bukan saat bayi masih berdarah-darah lalu diletakkan di atas perut saya kemudian bayi akan mencari puting ibunya sendiri. Itu ekspektasi saya sebelumnya. Tapi karena kenyataannya saya kelelahan, pemberian ASI pertama kali dilakukan setelah bayi dibersihkan dan dibedong, sayanya juga sudah bersih dan ganti baju.
Lancar keluar susu yang melimpah? enggak, cyiin. Kedua anak saya, dua-duanya ASI baru keluar di hari ketiga dan kedua pasca melahirkan.
Menurut ibu bidan, (saya mengutip perkataan Bu Bidan saja ya dari tadi, hehe... )
Menurut Bu Bidan, bayi baru lahir itu bisa bertahan tanpa asupan makanan selama maksimal 5 hari karena dalam tubuhnya masih menyimpan cadangan makanan yang berasal dari plasentanya. Saya bersyukur saat tempat bersalin mendukung keputusan kami (saya dan suami) untuk memberikan ASI ekslusif.
Godaan untuk memberikan susu botol, tidak hanya dari ASI saya yang belum keluar, namun dari orang tua saya yang menunggui dan membantu merawat saya saat melahirkan dan setelahnya. Neneknya tentu saja enggak tega melihat anak hanya mengenyot puting yang enggak keluar air susunya. Namun setelah mendengarkan penjelasan suami saya, akhirnya neneknya pun ikut mendukung. Ya, peran lingkungan sangat mempengaruhi kesuksesan memberikan ASI ekslusif.
ASI Tidak Keluar? Apa yang harus dilakukan?
Sudah saya ceritakan di atas, ASI saya juga tidak langsung keluar di hari pertama melahirkan. Hari kedua juga sama, masih belum keluar. Yang ada anak saya sering menangis karena usahanya mendapatkan ASI belum juga menampahkan hasilnya. Hari ketiganya barulah keluar, itupun hanya yang sedikit itu. Yes, colostrum yang berwarna kekuningan dan cuma sedikiiiit banget akhirnya keluar di hari ketiga.
Dari hari 1-3 itu, saya harus berdamai dengan perasaan kasian kepada bayi saya yang cuma mengempeng susu tanpa keluar air susunya. Thats so hardly to me. Tapi walaupun enggak keluar, saya tetap memberikan puting saya agar bisa disedot anak saya. Gerakan mulut bayi ini merupakan rangsangan agar ASI bisa keluar.
Selama 2 hari itu bayi dikasih apa dong? Hanya ditetesi air putih hangat saja agar bibir dan mulutnya enggak kering.
Pokoknya di fase ini, penuh drama banget. Ya begadang karena di malam hari harus tetap memberikan ASI (walaupun belum keluar) 2 jam sekali, ya nahan rasa kasihan ke anak, ya nahan rasa sakit bekas jahitan, dan sebagainya.
ASI Keluar, sudah kelar perjuangannya? Belum, cyiin.
Setelah ASI keluar, semakin hari semakin bertambah banyak saja produksi ASInya. Saya mengalami bengkak di payudara disertai panas dingin. Di fase ini, ASI harus lebih sering diberikan agar bengkak enggak semakin parah dan membuat ibunya sakit. Rasanya lega sekali setelah dihisap habis.
Bengkak karena menampung banyaknya air susu, menjadikannya keras sekali. Saya mengatasinya dengan pijat ibu menyusui. Kebetulan di sekitar tempat tinggal saya ada seorang tukang pijat yang bisa memijat ibu pasca melahirkan dan bayi bayu lahir. Saat pemijatan, payudara dipencet keras, sehingga lubang-lubang kecil di area puting bisa terbuka. Ditandai dengan ASI yang memancar, serta saya lihat lubang-lubang kecilnya jadi bertambah banyak. Pijat pasca melahirkan ini membuat ASI semakin lancar keluarnya. Sedangkan si bayi jadi lebih nyenyak tidurnya.
Mungkin kalau yang tinggal di perkotaan bisa mencari mom and baby spa. Biasanya melayani pijat bayi dan ibunya.
Demikian sekelumit pengalaman saya memperjuangkan ASI eksklusif di 6 bulan pertama. Saya sungkem kepada senior pejuang ASI yang lebih dahsyat perjuangannya. Dan Barakallaah untuk Moms yang memberikan ASI dimudahkan segala-galanya.
Tulisan ini sekalian sharing pengalaman, juga sekalian diikutsertakan dalam Give Away ASI dan Segala Cerita Tentangnya yang diadakan oleh duniabiza.com
Yang sudah-sudah, pembahasan tentang ASI vs sufor selalu menjadi pro-kontra para ibu di jagad raya ini. Makanya saya biasanya hanya menyimak saja pembahasan ini dan berusaha memposisikan diri di keduanya. Sehingga saya menulis ini hanya bermaksud berbagi pengalaman sukses dalam memberikan ASI eksklusif.
Persiapan Sebelum Hari Kelahiran Tiba
Jauh sebelum bayi saya lahir, saya sudah berencana bahwa nanti saya hanya akan memberikan ASI tanpa bantuan susu formula di 6 bulan pertamanya. Karena sudah berencana dan bertekad seperti itu, maka dari awal kehamilan anak pertama, saya mencari ilmunya dengan membaca-baca informasi di internet dan juga menanyakan langsung kepada bidan/dokter saat memeriksakan kandungan. Sambil selalu memanjatkan doa agar nanti semuanya berjalan lancar.
Selain mengumpulkan berbagai macam informasi, saya juga menyiapkan "alat"nya (baca:payudara) agar saat nanti digunakan sudah siap. Kalau tidak dipersiapkan dari jauh hari, kemungkinan besar bisa lecet saat menyusui.
Apa saja persiapannya? Antara lain: disaat mandi, bersihkan puting susu dari daerah aerola (daerah yang berwarna gelap). Di area puting ini, biasanya ada kotoran baik itu kulit mati atau daki yang menutupi lubang-lubang kecil tempat keluarnya air susu. Nah, setiap mandi saya bersihkan itu dengan lembut, nggak perlu digosok pake batu kali, ya. hehe
Sambil dibersihkan, juga sambil dipilin-pilin dan ditarik-tarik. Pijatan pilin-tarik ini membuat puting menjadi lebih panjang sehingga nanti pas diberikan ke bayi lebih mudah. Lalu melakukan pijat di area payudara dengan baby oil atau minyak zaitun.
Persiapan lainnya adalah membaca cara menyusui yang baik dan benar. bagaimana posisinya dan segala macam tentang hal teknis menyusui bayi baru lahir. Ini penting karena, posisi atau cara ibu menyusui juga berpengaruh terhadap kesuksesan memberikan ASI.
Mencari informasi tentang makanan yang bisa meningkatkan produksi ASI. Jadi saat trimester ketiga saya perbanyak makan makanan tersebut. Bisa search sendiri bahan makanan apa saja yang bisa meningkatkan produksi ASI. Jangan malas mencari informasi sebanyak mungkin ya, Moms.
Setelah Bayi Lahir
Setelah bayi lahir kedunia, perasaan yang meluap-luap pada saya tak bisa terelakkan. IMD yang saya idamkan tak bisa terlaksana karena Bu Bidan berkata saya sudah terlihat dalam kondisi kelelahan. Jadi proses menyusu pertama bukan saat bayi masih berdarah-darah lalu diletakkan di atas perut saya kemudian bayi akan mencari puting ibunya sendiri. Itu ekspektasi saya sebelumnya. Tapi karena kenyataannya saya kelelahan, pemberian ASI pertama kali dilakukan setelah bayi dibersihkan dan dibedong, sayanya juga sudah bersih dan ganti baju.
Lancar keluar susu yang melimpah? enggak, cyiin. Kedua anak saya, dua-duanya ASI baru keluar di hari ketiga dan kedua pasca melahirkan.
Menurut ibu bidan, (saya mengutip perkataan Bu Bidan saja ya dari tadi, hehe... )
Menurut Bu Bidan, bayi baru lahir itu bisa bertahan tanpa asupan makanan selama maksimal 5 hari karena dalam tubuhnya masih menyimpan cadangan makanan yang berasal dari plasentanya. Saya bersyukur saat tempat bersalin mendukung keputusan kami (saya dan suami) untuk memberikan ASI ekslusif.
Godaan untuk memberikan susu botol, tidak hanya dari ASI saya yang belum keluar, namun dari orang tua saya yang menunggui dan membantu merawat saya saat melahirkan dan setelahnya. Neneknya tentu saja enggak tega melihat anak hanya mengenyot puting yang enggak keluar air susunya. Namun setelah mendengarkan penjelasan suami saya, akhirnya neneknya pun ikut mendukung. Ya, peran lingkungan sangat mempengaruhi kesuksesan memberikan ASI ekslusif.
ASI Tidak Keluar? Apa yang harus dilakukan?
Sudah saya ceritakan di atas, ASI saya juga tidak langsung keluar di hari pertama melahirkan. Hari kedua juga sama, masih belum keluar. Yang ada anak saya sering menangis karena usahanya mendapatkan ASI belum juga menampahkan hasilnya. Hari ketiganya barulah keluar, itupun hanya yang sedikit itu. Yes, colostrum yang berwarna kekuningan dan cuma sedikiiiit banget akhirnya keluar di hari ketiga.
Dari hari 1-3 itu, saya harus berdamai dengan perasaan kasian kepada bayi saya yang cuma mengempeng susu tanpa keluar air susunya. Thats so hardly to me. Tapi walaupun enggak keluar, saya tetap memberikan puting saya agar bisa disedot anak saya. Gerakan mulut bayi ini merupakan rangsangan agar ASI bisa keluar.
Selama 2 hari itu bayi dikasih apa dong? Hanya ditetesi air putih hangat saja agar bibir dan mulutnya enggak kering.
Pokoknya di fase ini, penuh drama banget. Ya begadang karena di malam hari harus tetap memberikan ASI (walaupun belum keluar) 2 jam sekali, ya nahan rasa kasihan ke anak, ya nahan rasa sakit bekas jahitan, dan sebagainya.
ASI Keluar, sudah kelar perjuangannya? Belum, cyiin.
Setelah ASI keluar, semakin hari semakin bertambah banyak saja produksi ASInya. Saya mengalami bengkak di payudara disertai panas dingin. Di fase ini, ASI harus lebih sering diberikan agar bengkak enggak semakin parah dan membuat ibunya sakit. Rasanya lega sekali setelah dihisap habis.
Bengkak karena menampung banyaknya air susu, menjadikannya keras sekali. Saya mengatasinya dengan pijat ibu menyusui. Kebetulan di sekitar tempat tinggal saya ada seorang tukang pijat yang bisa memijat ibu pasca melahirkan dan bayi bayu lahir. Saat pemijatan, payudara dipencet keras, sehingga lubang-lubang kecil di area puting bisa terbuka. Ditandai dengan ASI yang memancar, serta saya lihat lubang-lubang kecilnya jadi bertambah banyak. Pijat pasca melahirkan ini membuat ASI semakin lancar keluarnya. Sedangkan si bayi jadi lebih nyenyak tidurnya.
Mungkin kalau yang tinggal di perkotaan bisa mencari mom and baby spa. Biasanya melayani pijat bayi dan ibunya.
Demikian sekelumit pengalaman saya memperjuangkan ASI eksklusif di 6 bulan pertama. Saya sungkem kepada senior pejuang ASI yang lebih dahsyat perjuangannya. Dan Barakallaah untuk Moms yang memberikan ASI dimudahkan segala-galanya.
Tulisan ini sekalian sharing pengalaman, juga sekalian diikutsertakan dalam Give Away ASI dan Segala Cerita Tentangnya yang diadakan oleh duniabiza.com
Nge-ASI itu memang butuh keteguhan hati banget yah Teeeeh...
ReplyDeleteItu berat banget pastinya ASI baru keluar di hari ke-3
Aku waktu jaman ngasi ASI setiap pagi kata si Abah mukanya suka kayak 'celong' dan pucet gitu hahaha...
secara semaleman si Fathir sukanya nge-gantel gitu siiih...
Tapi InsyaAllah ikhlas bisa berusaha ngasih yang terbaik :)
Mudah2an para ibu yang lagi pada nge-ASI pada semangat terus yaaah!
iya banget Teh. Kalau nggak gitu mah pasti udah nyerah pas ASI enggak keluar selama 3 hari.
Deletesaya pernah waktu menyusui, payudara yang bengkak, sakiit banget. solusinya saya susuin terus bayi saya sampai bengkaknya hilang :)
ReplyDeletesambil dipijat-pijat gitu enak banget kamya. kalau udah habis, rasanya plong banget :)
Deleteselalu senang baca cerita para ibu yang sukses memberi asi eksklusif pada bayinya :)
ReplyDeletealhamdulillaah... semoga bermanfaat dan memberi semangat ya :)
DeletePerjuangan banget ya, yg lancar dan mudah harus bersyukur pake bingits tuh :D
ReplyDeletepasti, Teh
DeleteTfs mba, sy lg hamil anak ke 3 tp msh bingung mempersiapkan areola biar ga sakit saat dihisap si baby nanti. Hanya pernah denger dkasi baby oil, tp ga tau diapain hehe..
ReplyDeletewah selamat ya Teh Shona. Pasti bahagia banget nih.
DeleteAlhamdulillah kalau tulisan saya bermanfaat.
Salam hangat dari Cimahi. Semoga sehat-sehat ya ibu dan dede utunnya.
waa mba Uwien. Saya merasakan dulu. meski kata bidan samapi usia 5 hari bayi tak butuh asupan ASI banyak tetap saja ya kita para ibu galau kalau ASinya ga kunjung keluar. Alhamdulillah akhirnya keluar ya mba, dan berlimpah. Uhuk. kebayang deh rasanya gimana bengkak di payudara. Hihi..
ReplyDelete