Assalaamu'alaikum...
Piye kabare sahabat dimanapun Anda berada? Masih bahagia dan ASYIKkah hidupmu? Semoga kalian semua senantiasa sehat dan selalu bahagia, ya. Di postingan kali ini, saya mau cerita cerita biasa aja, gak ada topik spesifik yang mau kubahas. Rasanya udah lama nggak curcol di marih, jadi kumau curcol aja deh. muahaha
Yang mau close tab masih belum terlambat! |
Jadi, beberapa waktu kemarin saya dan Abudi membuat wacana (((wacana))) mau ganti HP baru. Secara HP kami berdua sudah lumayan lama kami miliki dan performanya kini juga sudah mulai agak memprihatinkan. Samsung J7 punya Abudi udah dipake sekitar 3 tahunan, micnya rusak jadi nggak bisa buat telpon telponan kalau nggak pake handsfree. Bikin repot juga pas hensfreenya ketinggalam di rumah sementara telpon urusan pekerjaan terus berdering. Terus, kamera belakangnya juga pecah jadinya hasil fotonya burem dan jelek. Pecahnya udah lama juga dari pertama dibawa Babeh ke Indonesia. Iya, ini HP oleh oleh Babeh waktu pulang dari Abu Dhabi beberapa tahun lalu, karena nyimpennya di koper super jumbo, dimasukin ke dalam kaleng dan kededet sama barang barang menyebabkan kameranya pecah. huhuhu lebaaar pisaaan
Tadinya mau dibenerin aja ke tukang service. Namun, dari beberapa tukang service yang Abudi datengin, semuanya MENOLAK untuk benerin HPnya. Alesannya, untuk benerin micnya ini harus bongkar LCD. Mereka (kang servis) takut kalau benerin mic malah LCDnya rusak. Kalau soal kameranya belum ditanyakan lagi, udah ditolak berkali kali soal mic, sih. Kalian tahu kan rasanya ditolak? #eh naonsih! muahaha
Sementara HP Xiaomi Note 3 punyaku ini sebenernya masih bisa dipakai untuk beberapa waktu. Sudah 3 tahun ini kumiliki. Semua masih bagus, namun body gak mulus mulus amat karena sering jatuh kebanting. Cuma memorinya aja sih yang bikin ingin ganti. Hp ini nggak bisa pake memori tambahan SDCard. Kalau udah penuh ya harus pindahin datanya ke laptop. Mana kapasitas ram dan romnya cuma 2/16 Gb. Sudah sering ngehang dan tibatiba restart sendiri.
Kalian tahu kan, kalau teknologi mah sekarang updatenya cepet banget. Maka dari itu, saya dan Abudi mencari informasi tentang HP keluaran terbaru. Dan ternyataaaa, video review maupun ulasan tentang berbagai macam HP ini sangat menggiurkan, gaees. fiuuh...!
Saya mbatin, ya Allah..... kok canggih canggih bener ya tuh HP. Kan kan kan, jadinya saya naksir si Infinix Note 4 Pro yang ada stylus dan smart covernya. Tapi pas lihat harga, huhuhu mau buat persiapan melahirkan dulu atuhlah. Lagian HPku juga masih bisa dipakai. Okefix, saya batal beli HP baru.
Sementara itu, Abudi yang udah kebelet ganti hp, akhirnya nyari nyari yang jual hp murah aja dengan pertimbangan yang penting bisa buat gantiin hp sebelumnya. Beliau kan lebih membutuhkan dalam waktu cepat sementara kami tetep harus nyimpen uang buat persiapan lahiran plus aqiqahan, juga harus nabung emas untuk investasi.
Singkat cerita, dapetlah hp murah yaitu Xiaomi 5A dengan harga sejutaan tapi spesifikasinya lumayan banget. Walaupun 2/16 tapi ada slot untuk SDCard sampai 125 Gb.
*)Ntar kapan kapan saya ceritain lebih detail , deh, mengenai hp ini. Sekarang baru sehari, saya belum banyak ngoprek hpnya. hehe
Masalah perHPan selesai.
Satu lagi yang pengen saya ceritain biar nggak ngganjel. Tentang rumah kami yang nggak bisa kami tempatin. Kami lebih memilih mengontrak dan nggak mau menghuni rumah tersebut.Situ sehat, Win? alhamdulillah sehat (tanya sendiri jawab sendiri)
Jadi ceritanya bertahun tahun yang lalu Abudi membeli sebuah rumah yang letaknya berdekatan dengan rumah Babeh (bapaknya). Rumah yang berada di salah satu perumahan di Soreang Bandung ini letaknya cuma beda blok aja dari rumah Babeh. Kebayanglah kalau di komplek mah ya, cuma jalan beberapa meter aja udah nyampe. Dipikirnya mungkin karena deket sama rumah orang tua jadi saat mereka mulai bertambah tua dan tidak bisa bekerja, kami bisa sering sering nengok dan ngurusin mereka.
Ternyata keinginan tak seindah kenyataan, ya gaes. Yang tak terpikirkan sebelumnya bisa saja terjadi. Setelah menikah, ternyata rumah tersebut nggak boleh ditempatin oleh kami. Yang ngelarang siapa? Istrinya babeh alias ibu tirinya Abudi, sementara Babeh nggak bisa berbuat apa apa. KOKBISAA??! Memang nggak masuk diakal. Ahsudahlah, nggak usah saya ceritain detailnya di sini, biarkan cukup sahabat dekat saja yang tahu, ya. Peace :)
Yaudin, daripada terjadi perang dunia ketiga dan demi kewarasan kami berdua, yaudahlah kami mah mending nggak tinggal di sana dan mengontrak di tempat yang letaknya jauh dari Soreang.
Sementara rumah tersebut kosong. Kami sudah nggak pernah lagi menginjakkan kaki di rumah itu. Walaupun tidak ditempati, tagihan listrik tetep ada, ya kan. Kalau dulu mah membayar tagihan listrik masih harus ngantri di PLN. Sekarang, alhamdulillah lebih mudah dalam urusan bayar bayar listrik untuk rumah tersebut. Kami bisa cek tagihan listrik online di Tokopedia dan sekaligus membayarnya.
Jadi, untuk urusan rumah dan ibu mertua tiri ini, saya memilih berdamai saja sama diri sendiri. Lepaskan semua yang membuat beban di pundak menjadi semakin berat. Kalau emang rumah itu bukan rezeki kami, yasudah lepaskan saja. Ikhlas akan membuat semua masalah jauh lebih baik dan terasa ringan. Dan saya yakin kok, "jalan lain" masih terbuka lebar untuk saya. Saya jadi jauh lebih bahagia dan bisa menikmati hidup dengan cara yang ASYIK.