Dear Friends, assalaamu'alaikum warahmatullah..
Sebelum ke sharing materi Sharing Session, saya mau curcol bentar yak. :)))
Minggu lalu, saya ke Yogjakarta selama 4 hari 4 malam dalam rangka liburan ( dapat menang hadiah pertama dari acara Sharing Session Dapur Hangus x Dydie the Kitchen Hero with Grand Tjokro Bandung, yang hadiah utamanya itu trip ke Yogja ). Berangkat dari Bandung Sabtu malam, lalu nyampe di Bandung lagi hari Selasa sore. Sempat nggak percaya juga sih kenapa saya yang menang. Tapi yang namanya rezeki kadang memang nggak disangka-sangka, disini hanya Allah dan para juri yang tahu alasannya :)) . Alhamdulillah, Abudi support penuh dari handle urusan duo bocah sampai ngasih uang saku biar saya bisa belanja #penting :p. Jadi saya tenang-tenang aja sih liburan sendiri tanpa keluarga.
Dari 4 hari itu, saya berkesempatan mengikuti acara yang asyik yaitu Sharing Session Dapur Hangus x Dydie the Kitchen Hero. Hari Minggu, 8 April 2018 di hotel yang sama tempat saya menginap - Tjokro Style Yogjakarta. Saya merasa bersyukur sekali bisa menyimak sharing dari narasumber yang menekuni hobby dan passion lalu bisa berhasil seperti sekarang. Maknyuss banget ceritanya. Di blogpost ini, saya coba rangkum sharing dari ketiga narasumber yang hebat ini, ya.
Tiga narasumber tersebut adalah mas Thomas Wirananda food photografer, Pak Roy Wibisono owner Nuanza Porcelain, dan teh Dyah Prameswari penulis buku/ fiksi kuliner sekaligus food blogger.
Serta dipandu oleh moderator asyik mbak Ika Rahma @dapurhangus (yang juga sering memperkenalkan diri sebagai Raisa/Isyana/Nela Kharisma). :D
Thomas Wirananda atau dikenal dengan Thomas Sastrowardoyo adalah seorang food photography.
Pemilik akun Instagram @streetfoodstories ini mengawali sharing dari awal bagaimana beliau menekuni dunia food photography. Mas Thomas yang hobi makan/kulineran dan hobi foto menemukan passionnya saat masih sekolah, lho. Kemudian, merantau dari Purwokerto ke Yogjakarta untuk kuliah di fakultas Ekonomi/Akuntasnsi di Universitas Atmajaya Yogjakarta. Lho kok nggak nyambung dari profesi yang sekarang, mas? hihi. Memang nggak nyambung, terjun bebas, kata beliau. Jadi kalau disimpulkan, sampai bisa sesukses sekarang itu prosesnya enggak instant, ya teman-teman.
Selanjutnya, mas Thomas berbagi tentang Food Photography yang lagi kekinian/hits di era sekarang dan berbagi tips agar foto-foto makanan yang kita hasilkan makin kece. Pertama-tama, saat akan memulai menekuni dunia food photography, kita sering bingung bagaimana sih menghasilkan karya yang keren? Langkah pertama adalah duplikasi karya orang lain/ kita buat sama dengan foto/karya orang lain dalam hal penataan, props foto, dll. Tidak apa-apa, karena semakin lama dan semakin sering kita lakukan, kemampuan akan meningkat dengan sendirinya sehingga bisa luwes dalam food styling dan menemukan gaya khasnya sendiri.
Berikut adalah gaya Food Photography yang kekinian :
a. Flatlay
-Sangat baik bila menggunakan lensa lebar/lensa kit/lensa bawaan.
-Pilih background yang kontras dengan objek
-Beri ruang diantara objek
-Tentukan tema (tema menentukan props yang digunakan)
-Jarang bisa diaplikasikan ke menu-menu fun dining yang bentuknya meninggi
b. Hands in frame
Hands in frame merupakan gaya foto yang menggunakan unsur tangan di dalam frame foto
Biasanya memberikan nuansa yang lebih hidup (adanya unsur tangan manusia)
Sangat cocok untuk Ice Cream Cone
Editing seminimal mungkin. Setting dari awal.
c. Food With Style
Gaya foto yang diambil dengan memadukan unsur food&lifestyle dalam satu frame.
Pada food with style ini, properti harus menyesuaikan dengan makanan yang akan difoto.
Dan yang paling makjleb adalah kata-kata beliau :
"Saya lebih memilih mati-matian setting di awal, daripada harus meng-edit berlebihan"
Pak Roy adalah owner dari Nuanza Porcelain ( ig @nuanza_porcelain ) yang pabriknya ada di Boyolali - Jawa Tengah. Beliau bercerita bahwa ketertarikannya terhadap porcelain itu dari saat beliau remaja, lalu berlanjut saat bekerja di perusahaan porcelain Jepang yang berada di Korea. Saat pindah ke Australia pun beliau belajar porcelain di sana. Lalu saat di Indonesia, beliau berhasil membuat pabrik porcelainnya sendiri.
Saya kemarin juga berkunjung ke pabrik porcelainnya, ternyata proses pengerjaannya perlu skill dan ketelitian yang tinggi serta proses yang panjang. Nanti cerita dan informasinya saya tulis di blogpost terpisah, ya.
Selain sharing tentang perjalanannya bagaimana menekuni porcelain dari nol hingga sekarang produknya dipakai oleh hotel-hotel dan resto terkenal hingga diekspor ke luar negri, Pak Roy juga sharing tentang pemasaran produk Nuanza. Beliau mengaku melakukan pemasaran melalui Instagram sejak 11 bulan/1 tahunan yang lalu, sejak itu peminat dan penjualan meningkat dengan signifikan.
Untuk menambah followers, yang dilakukan Nuanza adalah dengan endorse atau bekerjasama dengan akun-akun instagram yang memang "bersentuhan" langsung dengan konsumen atau penggemar barang-barang porcelain seperti @dapurhangus . Lama-lama, Nuanza lebih banyak bekerjasama dengan chef atau resto sehingga penjualan sekarang pun sudah merambah ke hotel-hotel dan resto bahkan masjid pun ada yang menggunakan produk porcelain dari Nuanza untuk dekorasi temboknya.
Kenapa nggak pakai ig ads aja pak? Sementara untuk instagram ads, menurut beliau tidak terlalu berpengaruh terhadap penjualan walaupun sudah dipersempit target marketnya.
Menyimak cerita beliau ini asyik banget deh. Sebagai penutup sharing beliau menyampaikan bahwa :
Teh Dyah Prameswarie a.k.a Dydie ( ig : @dyahprameswarie) adalah seorang penulis buku/novel fiksi kuliner dan juga food blogger. Berawal kecintaannya terhadap sunia tulis menulis dan juga baking, juga ketertarikannya dengan sejarah kuliner, teh Dydie berhasil melahirkan novel bertema tentang kuliner yaitu Djoeroe Masak.
Dalam sharingnya, teh Dydie bercerita bahwa pertama kali menerbitkan novel ia membutuhkan waktu 5 tahunan sampai novel pertamanya terbit. Bukan waktu yang sebentar, bukan? Lalu setelah novel pertamanya itu beliau kembali melahirkan novel-novel lainnya seperti Dua Dunia di Mata Fe dll.
Novel Djoeroe Masak adalah novel kulinernya yang terbaru, terdiri dari 4 buah buku yang sudah tersedia di Gramedia dan toko buku-toko buku lainnya. Proses pembuatan novel ini, seperti yang teh Dydie ceritakan, membutuhkan proses panjang, tantangan yang berbeda dari menulis novel biasa dan membutuhkan kesabaran yang tinggi. Mulai dari penulisannya, riset riset riset, mencari ilustrator, dsb. Fiuuuh, kebayang ya kerja kerasnya menghasilkan karya itu bukanlah hal mudah seperti membalikkan tutup gelas.
Setelah semua narasumber sharing, acara dilanjutkan dengan workshop fotografi oleh mas Thomas. kali ini kita akan memotret mangut ikan patin, salah satu menu di Cytrus restonya hotel Tjokro Style Yogjakarta. Setelah dijelaskan bahwa memotret makanan itu cahaya harus datang dari belakang atau samping dan nggak boleh dari depan, peserta workshop pun diberi kesempatan memotret 2-3 kali jepretan.
Ya Allah kaaaak Raisaaaa... padahal saya kalau motret itu nggak cukup 10 kali jepret loh, kak, walaupun yang dipakai cuma satu foto. heuheuheu
Baca juga : [Sharing Session Episode 2] Jurus Jitu Menguasai Food Photography
Oiya, acara sharing session ini juga bertabur doorprice loh. Setelah acara ditutup, kami semua turun ke Cytrus Resto untuk langsung praktek memotret makanan. Sambil motret sambil berkali-kali nelen liur, glek-glek.
Ini dia beberapa foto makanan yang asal jepret , karena buru-buru mau makan.
(ya Allah, Wiiiiin. kacida kamu ih)
Demikian ya teman-teman rangkuman sharing session episode Yogja kali ini. Walaupun enggak semua bisa ditulis mudah-mudahan teman-teman juga bisa ngambil ilmunya, karena lebih asyik kalau mendengarkan dan menyimak langsung sih. hehehe
Jadi nantikan event Dapur hangus x Dydie's the Kitchen Hero episode selanjutnya ya, manteman. ;) Semoga ada lagi.
Komen di bawah kalau kotamu mau didatengin sama Dapur hangus dan Dydie the Kitchen Hero.
Sampai jumpa di event selanjutnya. bye!
Sebelum ke sharing materi Sharing Session, saya mau curcol bentar yak. :)))
Minggu lalu, saya ke Yogjakarta selama 4 hari 4 malam dalam rangka liburan ( dapat menang hadiah pertama dari acara Sharing Session Dapur Hangus x Dydie the Kitchen Hero with Grand Tjokro Bandung, yang hadiah utamanya itu trip ke Yogja ). Berangkat dari Bandung Sabtu malam, lalu nyampe di Bandung lagi hari Selasa sore. Sempat nggak percaya juga sih kenapa saya yang menang. Tapi yang namanya rezeki kadang memang nggak disangka-sangka, disini hanya Allah dan para juri yang tahu alasannya :)) . Alhamdulillah, Abudi support penuh dari handle urusan duo bocah sampai ngasih uang saku biar saya bisa belanja #penting :p. Jadi saya tenang-tenang aja sih liburan sendiri tanpa keluarga.
Dari 4 hari itu, saya berkesempatan mengikuti acara yang asyik yaitu Sharing Session Dapur Hangus x Dydie the Kitchen Hero. Hari Minggu, 8 April 2018 di hotel yang sama tempat saya menginap - Tjokro Style Yogjakarta. Saya merasa bersyukur sekali bisa menyimak sharing dari narasumber yang menekuni hobby dan passion lalu bisa berhasil seperti sekarang. Maknyuss banget ceritanya. Di blogpost ini, saya coba rangkum sharing dari ketiga narasumber yang hebat ini, ya.
Tiga narasumber tersebut adalah mas Thomas Wirananda food photografer, Pak Roy Wibisono owner Nuanza Porcelain, dan teh Dyah Prameswari penulis buku/ fiksi kuliner sekaligus food blogger.
Serta dipandu oleh moderator asyik mbak Ika Rahma @dapurhangus (yang juga sering memperkenalkan diri sebagai Raisa/Isyana/Nela Kharisma). :D
1. Sharing Session dari mas Thomas Wirananda
Thomas Wirananda atau dikenal dengan Thomas Sastrowardoyo adalah seorang food photography.
Pemilik akun Instagram @streetfoodstories ini mengawali sharing dari awal bagaimana beliau menekuni dunia food photography. Mas Thomas yang hobi makan/kulineran dan hobi foto menemukan passionnya saat masih sekolah, lho. Kemudian, merantau dari Purwokerto ke Yogjakarta untuk kuliah di fakultas Ekonomi/Akuntasnsi di Universitas Atmajaya Yogjakarta. Lho kok nggak nyambung dari profesi yang sekarang, mas? hihi. Memang nggak nyambung, terjun bebas, kata beliau. Jadi kalau disimpulkan, sampai bisa sesukses sekarang itu prosesnya enggak instant, ya teman-teman.
Selanjutnya, mas Thomas berbagi tentang Food Photography yang lagi kekinian/hits di era sekarang dan berbagi tips agar foto-foto makanan yang kita hasilkan makin kece. Pertama-tama, saat akan memulai menekuni dunia food photography, kita sering bingung bagaimana sih menghasilkan karya yang keren? Langkah pertama adalah duplikasi karya orang lain/ kita buat sama dengan foto/karya orang lain dalam hal penataan, props foto, dll. Tidak apa-apa, karena semakin lama dan semakin sering kita lakukan, kemampuan akan meningkat dengan sendirinya sehingga bisa luwes dalam food styling dan menemukan gaya khasnya sendiri.
Berikut adalah gaya Food Photography yang kekinian :
a. Flatlay
-Sangat baik bila menggunakan lensa lebar/lensa kit/lensa bawaan.
-Pilih background yang kontras dengan objek
-Beri ruang diantara objek
-Tentukan tema (tema menentukan props yang digunakan)
-Jarang bisa diaplikasikan ke menu-menu fun dining yang bentuknya meninggi
b. Hands in frame
Hands in frame merupakan gaya foto yang menggunakan unsur tangan di dalam frame foto
Biasanya memberikan nuansa yang lebih hidup (adanya unsur tangan manusia)
Sangat cocok untuk Ice Cream Cone
Editing seminimal mungkin. Setting dari awal.
c. Food With Style
Gaya foto yang diambil dengan memadukan unsur food&lifestyle dalam satu frame.
Pada food with style ini, properti harus menyesuaikan dengan makanan yang akan difoto.
Dan yang paling makjleb adalah kata-kata beliau :
"Saya lebih memilih mati-matian setting di awal, daripada harus meng-edit berlebihan"
2. Sharing Session dari Pak Roy Wibisono
Pak Roy adalah owner dari Nuanza Porcelain ( ig @nuanza_porcelain ) yang pabriknya ada di Boyolali - Jawa Tengah. Beliau bercerita bahwa ketertarikannya terhadap porcelain itu dari saat beliau remaja, lalu berlanjut saat bekerja di perusahaan porcelain Jepang yang berada di Korea. Saat pindah ke Australia pun beliau belajar porcelain di sana. Lalu saat di Indonesia, beliau berhasil membuat pabrik porcelainnya sendiri.
Saya kemarin juga berkunjung ke pabrik porcelainnya, ternyata proses pengerjaannya perlu skill dan ketelitian yang tinggi serta proses yang panjang. Nanti cerita dan informasinya saya tulis di blogpost terpisah, ya.
Selain sharing tentang perjalanannya bagaimana menekuni porcelain dari nol hingga sekarang produknya dipakai oleh hotel-hotel dan resto terkenal hingga diekspor ke luar negri, Pak Roy juga sharing tentang pemasaran produk Nuanza. Beliau mengaku melakukan pemasaran melalui Instagram sejak 11 bulan/1 tahunan yang lalu, sejak itu peminat dan penjualan meningkat dengan signifikan.
Untuk menambah followers, yang dilakukan Nuanza adalah dengan endorse atau bekerjasama dengan akun-akun instagram yang memang "bersentuhan" langsung dengan konsumen atau penggemar barang-barang porcelain seperti @dapurhangus . Lama-lama, Nuanza lebih banyak bekerjasama dengan chef atau resto sehingga penjualan sekarang pun sudah merambah ke hotel-hotel dan resto bahkan masjid pun ada yang menggunakan produk porcelain dari Nuanza untuk dekorasi temboknya.
Kenapa nggak pakai ig ads aja pak? Sementara untuk instagram ads, menurut beliau tidak terlalu berpengaruh terhadap penjualan walaupun sudah dipersempit target marketnya.
Menyimak cerita beliau ini asyik banget deh. Sebagai penutup sharing beliau menyampaikan bahwa :
"Untuk Sukses ada 1001 cara, fokus (pada satu bidang yang disukai) dan tekun (mengerjakannya) pasti akan sukses."
3. Sharing Session dari teh Dyah Prameswarie
Teh Dyah Prameswarie a.k.a Dydie ( ig : @dyahprameswarie) adalah seorang penulis buku/novel fiksi kuliner dan juga food blogger. Berawal kecintaannya terhadap sunia tulis menulis dan juga baking, juga ketertarikannya dengan sejarah kuliner, teh Dydie berhasil melahirkan novel bertema tentang kuliner yaitu Djoeroe Masak.
Dalam sharingnya, teh Dydie bercerita bahwa pertama kali menerbitkan novel ia membutuhkan waktu 5 tahunan sampai novel pertamanya terbit. Bukan waktu yang sebentar, bukan? Lalu setelah novel pertamanya itu beliau kembali melahirkan novel-novel lainnya seperti Dua Dunia di Mata Fe dll.
Novel Djoeroe Masak adalah novel kulinernya yang terbaru, terdiri dari 4 buah buku yang sudah tersedia di Gramedia dan toko buku-toko buku lainnya. Proses pembuatan novel ini, seperti yang teh Dydie ceritakan, membutuhkan proses panjang, tantangan yang berbeda dari menulis novel biasa dan membutuhkan kesabaran yang tinggi. Mulai dari penulisannya, riset riset riset, mencari ilustrator, dsb. Fiuuuh, kebayang ya kerja kerasnya menghasilkan karya itu bukanlah hal mudah seperti membalikkan tutup gelas.
Setelah semua narasumber sharing, acara dilanjutkan dengan workshop fotografi oleh mas Thomas. kali ini kita akan memotret mangut ikan patin, salah satu menu di Cytrus restonya hotel Tjokro Style Yogjakarta. Setelah dijelaskan bahwa memotret makanan itu cahaya harus datang dari belakang atau samping dan nggak boleh dari depan, peserta workshop pun diberi kesempatan memotret 2-3 kali jepretan.
Ya Allah kaaaak Raisaaaa... padahal saya kalau motret itu nggak cukup 10 kali jepret loh, kak, walaupun yang dipakai cuma satu foto. heuheuheu
Baca juga : [Sharing Session Episode 2] Jurus Jitu Menguasai Food Photography
Oiya, acara sharing session ini juga bertabur doorprice loh. Setelah acara ditutup, kami semua turun ke Cytrus Resto untuk langsung praktek memotret makanan. Sambil motret sambil berkali-kali nelen liur, glek-glek.
Ini dia beberapa foto makanan yang asal jepret , karena buru-buru mau makan.
(ya Allah, Wiiiiin. kacida kamu ih)
Demikian ya teman-teman rangkuman sharing session episode Yogja kali ini. Walaupun enggak semua bisa ditulis mudah-mudahan teman-teman juga bisa ngambil ilmunya, karena lebih asyik kalau mendengarkan dan menyimak langsung sih. hehehe
Jadi nantikan event Dapur hangus x Dydie's the Kitchen Hero episode selanjutnya ya, manteman. ;) Semoga ada lagi.
Komen di bawah kalau kotamu mau didatengin sama Dapur hangus dan Dydie the Kitchen Hero.
Sampai jumpa di event selanjutnya. bye!
maafkan nampang dikit. foto milik : Lies Wahyoeni |
Wah berguna banget ilmu photogrphot nya.. Makasih kak :)
ReplyDeleteUntuk jadi food blogger, harus bisa nahan lapar, saat melihat objek futunya ya ...
ReplyDeleteInformatif dan inspiratif (jempol)
ReplyDeleteteh, berharap aku ikut kesana huhuhu btw kece badai sih fotonya
ReplyDeleteTeh dy idola semuaaa! <3
ReplyDeleteWah senangnya bisa jalan2 ke jogja plus dpt ilmu baru..rejeki bumil nih .pembicaranya keren2 pula..dan produknya nuanza porcelain is on my wish list..mupeng
ReplyDeleteWiin...
ReplyDeleteBarakallahu fiik yaa...sukses terrruuss...
Aku seneng baca sharing sessionnya.
Buat teknik photographinya masih penasaran...tapi kata Win, tinggal jepret ajaa..
"Ok...baiklah...mari kita amalkan."
Wkkwk...love Win.
Nggak heran nih mamah gemas jadi pemenang ke Jogja. Fotonya bagus-bagus 😍
ReplyDeleteSemoga makin kece, bikin akun food kali mah biar khusus portfolio. Aku kemarin banyak cari buzzer foodstagram lho 😆
Mbak...anu...Dydie The Kitchen Hero yg betul, wkwkwk
ReplyDeleteAnyway, terima kasih sudah mau ikut bergabung dengan keseruan sharing session di Yogya. Love.