Halo semua... Saya nggak nyangka kalau Arfan ( 7 bulan ) akan terkena cacar air secepat ini. Sebelumnya, saya belum ada pengalaman merawat bayi yang terkena cacar air. Namun saya sudah membaca berbagai artikel tentang penanganan terhadap cacar air, jadi waktu kali ini tiba-tiba bayi saya terserang cacar air, saya nggak langsung panik.
Waktu Arfan kena cacar air, saya sempat cemas "Duh gimana nih kakak-kakaknya bakalan ketularan, dong." namun Abudi langsung bilang bahwa Dhia dan Akram udah pernah cacar, jadi nggak usah kuatir tertular. lalu saya nyengir, apa iya mereka sudah pernah? Saya kok lupa, ya. Kali ini agar nggak lupa lagi, saya mau berbagi pengalaman merawat bayi yang terkena cacar air.
Ceritanya beberapa waktu lalu, Arfan diajak main sama tetangga saya. Dibawalah Arfan ke rumahnya. Saya juga ikut main ke sana. Tetangga saya ini punya satu anak sebut saja N. Saya tanyain dong kemana anaknya kok nggak nampak. Udah lama juga nggak main ke rumah kami, biasanya tiap hari kan ketemu dan main sama Dhia/Akram. Terus dijawablah sama tetangga kalau N sedang di rumah saudaranya karena lagi terkena cacar air. Doeng!! Dari situ saya udah khawatir, waduh Arfan bisa ketularan, nih. Tetangga saya ini baru cerita pas Arfan udah di dalam rumahnya, coba kalo sebelumnya cerita, pasti nggak boleh main dulu ke sana.
*)Arfan belum divaksin cacar karena masih 7 bulan. Sementara vaksin cacar bisa diberikan saat anak sudah usia 1 tahun.
Terus... Malam sesudah main di rumah tetangga, Arfan masih tidur nyenyak, nggak panas dan nggak rewel. Pagi sampai siang pun masih aktif bermain. Pada awalnya, saya nggak curiga sama sekali saat melihat di wajah dan kakinya muncul bentol-bentol merah. Ah, mungkin karena digigit nyamuk. Soalnya kemarin juga ada bentol 2 bekas gigitan nyamuk di kening dan pipi. Tapi pas sore hari, Abudi bilang kok makin banyak ya bentol-bentol merahnya. Masa sih? Saya cuma bilang gitu. Masih enggak ngeuh kalo itu cacar air. Malamnya Arfan juga masih bobo nyenyak. Baru pas paginya, saya teringat kalau 2 hari yang lalu Arfan dibawa main ke tetangga yang anaknya kena cacar air. Saya pun baru cerita ke Abudi. Lalu pagi itu kami langsung bawa Arfan ke dokter Reza yang kliniknya dekat rumah. Dokter pun membenarkan bahwa itu cacar air setelah memeriksa seluruh badannya Arfan.
Cacar air ini disebabkan oleh virus Varicella zoster yang bisa menular. Penyebarannya melalui udara maupun kontak langsung dengan penderita. Eh tapi nggak kontak langsung juga bisa, misalnya bekas karpet atau bantal yang terkena cairan cacar. Jadi cepet banget menyebar. Ciri-cirinya adalah bentol seperti ada gelembung di dalamnya(kayak ada airnya makanya disebut cacar air). Biasanya banyak dan muncul di seluruh tubuh. Dalam banyak kasus, cacar air ini disertai gatal dan panas. Namun pada Arfan, cacar air nggak menimbulkan suhu tubuh yang tinggi dan enggak gatal (emang sih saya nggak ngerasain, tapi bisa terlihat dari gerak-gerik anak yang enggak garuk-garuk). Menurut keterangan dokter, sebenarnya cacar air ini enggak berbahaya dan bisa sembuh dengan sendirinya. Tapi kalau didiemin aja arau nggak diobatin ya bakal lama sembuhnya. Lagian mana ada sih yang tega membiarkan anak sakit dengan alasan ntar juga sembuh sendiri. Sementara itu, pada orang dewasa yang terkena cacar air bisa parah.
Oleh dokter, diresepin Acyclovir 5% salep untuk dioles dan Acyclovir 400 mg untuk diminum. Resepnya untuk 5 hari kedepan. Jika dalam 5 hari tidak atau belum sembuh, ya harus berobat lagi. Ini dia obatnya:
Acyclovir salep, digunakan pada bentol/ruam cacar air yang sudah terbuka atau sudah pecah. Oles tipis 4-5 kali sehari.
Sedangkan Acyclovir 400 mg benetuknya tablet, diminum 4x sehari dengan selang 4 jam, masing-masing setengah tablet. Obatnya digerus dulu lalu dicampur air. Saya pikir, Arfan akan meronta saat dikasih obat, nyatanya ia mau minum dengan tenang seperti minum air putih saja.
Pada malam hari Arfan enggak minum obatnya. Alhamdulillah tidurnya masih pulas, bangun malam hanya untuk minum ASI saja.
Hari berikutnya...
Saya agak sedikit cemas, duh gimana kalau menyebar sebadan-badan. Saya sudah membayangkan cacar air yang dulu saya alami waktu SD kelas 5 (kalau nggak salah). Muka dan badan penuh bentol yang lama kelamaan membesar dan pecah. Rasanya gatal. Saya periksa badannya, hanya nambah bentol 1-2 di kaki dan tangan. Kata Abudi, sepertinya imun tubuhnya Arfan bagus, jadi cacar airnya nggak parah
Hari ke 3 setelah periksa ke dokter Alhamdulillah, satu persatu bentolnya pecah dan beberapa bentol mengering dan tak berbekas. Nggak sampai banyak banget seperti yang pernah saya alami ataupun yang saya lihat pada anak tetangga. Waktu obat minumnya habis (hari ke-5 setelah berobat), cacar airnya pun sembuh.
Beberapa tips merawat bayi atau anak yang terkena cacar air:
Segera berobat ke Dokter
Jika ada tanda-tanda cacar air dan kita mengetahui ada teman anak atau tetangga yang sakit cacar, segera periksa ke dokter sebelum cacarnya banyak dan menyebar ke seluruh tubuh.
Minum obatnya secara teratur
Patuhi anjuran kapan waktunya minum obat, pasang alarm jika perlu.
Jaga Kebersihan Bayi dengan tetap mandi 2x sehari
Tips merawat bayi yang terkena cacar berikutnya adalah tetap memandikan bayi 2 kali sehari dan menjaga kebersihan bayi. Setahu saya dulu orang-orang bilang kalau lagi cacar nggak boleh mandi, ya(?) Kemudian saya berfikir: oooh, mungkin karena cacar airnya disertai demam tinggi pada anak, jadi enggak dimandiin.
Sementara pada Arfan, karena tidak disertai demam/panas, tetap saya mandikan. 2 x sehari atau minimal mandi 1x dan satunya lagi dilap aja pakai air hangat. Mandi supaya badan dan bajunya tetap bersih. Oiya, kenakan baju yang lembut, tipis dan menyerap keringat.
Tidak memakai bedak tabur penghilang gatal
Tetap minum ASI lebih sering dari biasanya dan banyak minum air putih
supaya penyakitnya lekas terbuang dari tubuh.
Responsif dengan bahasa tubuh bayi
Saat bayi sedang sakit (khususnya cacar air), bayi akan sering menangis/rewel. Maka sebagai ibu/orang tua harus responsif dengan bahasa tubuh bayi. Harus tahu ketika bayi rewel itu maunya apa. Biasanya ketika sedang cacar air, bayi merasa sering gerah. Sering minta gendong, minta dikipas karena gerah, tidak nyaman dengan bajunya, dan sebagainya. Seringkali enggak jelas sih, bayi maunya apa. Jujur saya pun kadang dibuat kebingungan, hahaha. Walaupun tangis bayi sering membingungkan, saya mah tidak pernah membiarkan bayi menangis terlalu lama. Segala saya tanyakan ke bayi maunya apa. Tentunya sambil dilakukan, dong.
baca juga: Arti Tangisan Bayi
Nah itu tadi cerita pengalaman merawat bayi yang terkena cacar air. Hakikatnya kesembuhan datangnya dari Allah, syariatnya kita hanya ikhtiar agar kesembuhan datang. Jika ada tips lainnya, tulis di kolom kometar ya gimana kalian merawat bayi atau anak yang terkena cacar air agar bisa berbagi pengalaman dengan orang lain.
Waktu Arfan kena cacar air, saya sempat cemas "Duh gimana nih kakak-kakaknya bakalan ketularan, dong." namun Abudi langsung bilang bahwa Dhia dan Akram udah pernah cacar, jadi nggak usah kuatir tertular. lalu saya nyengir, apa iya mereka sudah pernah? Saya kok lupa, ya. Kali ini agar nggak lupa lagi, saya mau berbagi pengalaman merawat bayi yang terkena cacar air.
Ceritanya beberapa waktu lalu, Arfan diajak main sama tetangga saya. Dibawalah Arfan ke rumahnya. Saya juga ikut main ke sana. Tetangga saya ini punya satu anak sebut saja N. Saya tanyain dong kemana anaknya kok nggak nampak. Udah lama juga nggak main ke rumah kami, biasanya tiap hari kan ketemu dan main sama Dhia/Akram. Terus dijawablah sama tetangga kalau N sedang di rumah saudaranya karena lagi terkena cacar air. Doeng!! Dari situ saya udah khawatir, waduh Arfan bisa ketularan, nih. Tetangga saya ini baru cerita pas Arfan udah di dalam rumahnya, coba kalo sebelumnya cerita, pasti nggak boleh main dulu ke sana.
*)Arfan belum divaksin cacar karena masih 7 bulan. Sementara vaksin cacar bisa diberikan saat anak sudah usia 1 tahun.
Terus... Malam sesudah main di rumah tetangga, Arfan masih tidur nyenyak, nggak panas dan nggak rewel. Pagi sampai siang pun masih aktif bermain. Pada awalnya, saya nggak curiga sama sekali saat melihat di wajah dan kakinya muncul bentol-bentol merah. Ah, mungkin karena digigit nyamuk. Soalnya kemarin juga ada bentol 2 bekas gigitan nyamuk di kening dan pipi. Tapi pas sore hari, Abudi bilang kok makin banyak ya bentol-bentol merahnya. Masa sih? Saya cuma bilang gitu. Masih enggak ngeuh kalo itu cacar air. Malamnya Arfan juga masih bobo nyenyak. Baru pas paginya, saya teringat kalau 2 hari yang lalu Arfan dibawa main ke tetangga yang anaknya kena cacar air. Saya pun baru cerita ke Abudi. Lalu pagi itu kami langsung bawa Arfan ke dokter Reza yang kliniknya dekat rumah. Dokter pun membenarkan bahwa itu cacar air setelah memeriksa seluruh badannya Arfan.
Cacar air ini disebabkan oleh virus Varicella zoster yang bisa menular. Penyebarannya melalui udara maupun kontak langsung dengan penderita. Eh tapi nggak kontak langsung juga bisa, misalnya bekas karpet atau bantal yang terkena cairan cacar. Jadi cepet banget menyebar. Ciri-cirinya adalah bentol seperti ada gelembung di dalamnya(kayak ada airnya makanya disebut cacar air). Biasanya banyak dan muncul di seluruh tubuh. Dalam banyak kasus, cacar air ini disertai gatal dan panas. Namun pada Arfan, cacar air nggak menimbulkan suhu tubuh yang tinggi dan enggak gatal (emang sih saya nggak ngerasain, tapi bisa terlihat dari gerak-gerik anak yang enggak garuk-garuk). Menurut keterangan dokter, sebenarnya cacar air ini enggak berbahaya dan bisa sembuh dengan sendirinya. Tapi kalau didiemin aja arau nggak diobatin ya bakal lama sembuhnya. Lagian mana ada sih yang tega membiarkan anak sakit dengan alasan ntar juga sembuh sendiri. Sementara itu, pada orang dewasa yang terkena cacar air bisa parah.
Oleh dokter, diresepin Acyclovir 5% salep untuk dioles dan Acyclovir 400 mg untuk diminum. Resepnya untuk 5 hari kedepan. Jika dalam 5 hari tidak atau belum sembuh, ya harus berobat lagi. Ini dia obatnya:
Acyclovir salep, digunakan pada bentol/ruam cacar air yang sudah terbuka atau sudah pecah. Oles tipis 4-5 kali sehari.
Sedangkan Acyclovir 400 mg benetuknya tablet, diminum 4x sehari dengan selang 4 jam, masing-masing setengah tablet. Obatnya digerus dulu lalu dicampur air. Saya pikir, Arfan akan meronta saat dikasih obat, nyatanya ia mau minum dengan tenang seperti minum air putih saja.
Pada malam hari Arfan enggak minum obatnya. Alhamdulillah tidurnya masih pulas, bangun malam hanya untuk minum ASI saja.
Hari berikutnya...
Saya agak sedikit cemas, duh gimana kalau menyebar sebadan-badan. Saya sudah membayangkan cacar air yang dulu saya alami waktu SD kelas 5 (kalau nggak salah). Muka dan badan penuh bentol yang lama kelamaan membesar dan pecah. Rasanya gatal. Saya periksa badannya, hanya nambah bentol 1-2 di kaki dan tangan. Kata Abudi, sepertinya imun tubuhnya Arfan bagus, jadi cacar airnya nggak parah
Hari ke 3 setelah periksa ke dokter Alhamdulillah, satu persatu bentolnya pecah dan beberapa bentol mengering dan tak berbekas. Nggak sampai banyak banget seperti yang pernah saya alami ataupun yang saya lihat pada anak tetangga. Waktu obat minumnya habis (hari ke-5 setelah berobat), cacar airnya pun sembuh.
Beberapa tips merawat bayi atau anak yang terkena cacar air:
Segera berobat ke Dokter
Jika ada tanda-tanda cacar air dan kita mengetahui ada teman anak atau tetangga yang sakit cacar, segera periksa ke dokter sebelum cacarnya banyak dan menyebar ke seluruh tubuh.
Minum obatnya secara teratur
Patuhi anjuran kapan waktunya minum obat, pasang alarm jika perlu.
Jaga Kebersihan Bayi dengan tetap mandi 2x sehari
Tips merawat bayi yang terkena cacar berikutnya adalah tetap memandikan bayi 2 kali sehari dan menjaga kebersihan bayi. Setahu saya dulu orang-orang bilang kalau lagi cacar nggak boleh mandi, ya(?) Kemudian saya berfikir: oooh, mungkin karena cacar airnya disertai demam tinggi pada anak, jadi enggak dimandiin.
Sementara pada Arfan, karena tidak disertai demam/panas, tetap saya mandikan. 2 x sehari atau minimal mandi 1x dan satunya lagi dilap aja pakai air hangat. Mandi supaya badan dan bajunya tetap bersih. Oiya, kenakan baju yang lembut, tipis dan menyerap keringat.
Tidak memakai bedak tabur penghilang gatal
Tetap minum ASI lebih sering dari biasanya dan banyak minum air putih
supaya penyakitnya lekas terbuang dari tubuh.
Responsif dengan bahasa tubuh bayi
Saat bayi sedang sakit (khususnya cacar air), bayi akan sering menangis/rewel. Maka sebagai ibu/orang tua harus responsif dengan bahasa tubuh bayi. Harus tahu ketika bayi rewel itu maunya apa. Biasanya ketika sedang cacar air, bayi merasa sering gerah. Sering minta gendong, minta dikipas karena gerah, tidak nyaman dengan bajunya, dan sebagainya. Seringkali enggak jelas sih, bayi maunya apa. Jujur saya pun kadang dibuat kebingungan, hahaha. Walaupun tangis bayi sering membingungkan, saya mah tidak pernah membiarkan bayi menangis terlalu lama. Segala saya tanyakan ke bayi maunya apa. Tentunya sambil dilakukan, dong.
baca juga: Arti Tangisan Bayi
Nah itu tadi cerita pengalaman merawat bayi yang terkena cacar air. Hakikatnya kesembuhan datangnya dari Allah, syariatnya kita hanya ikhtiar agar kesembuhan datang. Jika ada tips lainnya, tulis di kolom kometar ya gimana kalian merawat bayi atau anak yang terkena cacar air agar bisa berbagi pengalaman dengan orang lain.
teteh ini Rayi ge sama kena cacar tp ga demam apa ga usah ke dokter ya wkwkk tega pisan daku
ReplyDeletekrn ga rewel biasa anteng cuman bintilnya bnyk di kaki gatel mreun ya teh dr reza dr umum y?apa kesana aja y?