Halo semuanya, tulisan kali ini mau bahas tentang sewa perlengkapan dan mainan bayi. Menjadi ibu baru (lagi) membuat saya sering mencari info seputar dunia pengasuhan atau parenting. Tak jarang terketjoed aku terheran-heran dengan perkembangannya. Ya maklum shay, terakhir ngurusin tetek-bengek printilan bayi sekitar 7 tahun yang lalu. Yang mana waktu itu HP saya belum blackberry, sedih akutu kalau ketemu teman selalu ditanya berapa PIN-nya. Belum juga punya instagram yang kalau kita mau cari perlengkapan bayi tinggal ketik hashtagnya otomatis muncul jutaan foto, kecuali saat kuota habis.
Waktu itu ya gicu, walaupun saya sudah ada leptop untuk browsing dan internetnya pakai modem, tapi waktu menyusui dan browsing tidak bisa berbanding lurus seperti sekarang. Belum tahu kalau ada tempat penyewaan perlengkapan dan mainan bayi. Sehingga, segala perlengkapan bayi dan mainan semuanya saya beli. Bukan crazy rich sih, tapi karena nggak ada 'lungsuran' dan emang beneran nggak tau sudah ada atau belum keberadaan tempat sewa.
Saya masih ingat stroller Akram (anak ke-2), masih ingat gendongan kanguru/baby carrier Dhia yang berwarna merah. Saya ingat playmate atau puzzle warna-warni yang tulisannya A-Z. Nasib mereka gimana sekarang? Stroller, saya jual preloved. Waktu itu jualnya di marketplace barang-barang bekas. Baru sehari pasang iklan sudah ada yang nawar. Tipsnya, jangan jual terlalu tinggi, waktu itu saya jual dengan harga 60% dari harga baru. Kalau baby carrier saya kasihkan ke saudara. Sementara playmate masih ada sih sampai sekarang, cuma sudah jadi ganjel mesin cuci. lol
Kasur bayi? Beli yang murah.
Baby walker? Nggak pakai, dulu aku ibu perfeksionis, hahaha. Dan katanya nggak baik kalo pakai baby walker.
Jumper? nggak beli
mobil-mobilan yang digerakin pake kaki? Nggak beli.
Sepeda roda tiga? Beli second cuma 50.000
Waktu anak ketiga lahir, segala perlengkapan bayi sudah habis tak bersisa kecuali kain bedong dan selimut bayi. Jadi otomatis perlengkapan juga baru semua. Godaan untuk beli perintilan bayi yang segambreng itu sungguh bikin Oki Setiana Uwien jadi maju mundur syantiek untuk membeli. Mau nggak beli kok pengen. Mau beli kok nggak kuku liat harganya yang mehong. Aha! Kini ada tempat persewaan mainan bayi. Tapi enggak ding, saya sampai anak ke-3 ini tetap segan untuk nyewa.
1. Tidak Bebas
Ibarat barang pinjeman, kita nggak bisa seenak udel sendiri pakainya. Karena cuma menyewa, jadi kan enggak bebas pakainya. Sementara saya orangnya nggak terlalu "apik" sama barang. (apik tuh bahasa Indonesianya apa sih?) Dan alasan utama si bayi enggak bebas juga pakainya. Ya ngapain disediain mainan kalau gitu?
Takut kotor lah, takut rusak lah, takut dipipisin anak lah. Pokonya kalau menurut saya, saya enggak nyaman. Mendingan beli yang harganya murah akutu, daripada barang mahal tapi sewa.
Waktu Arfan 5 bulan lebih ( udah persiapan MPASI), saya dipinjemin sama teteh baik hati yang sudah seperti keluarga sebuah Slow Cooker. Saya bilang maunya dibeli, soalnya kalau pinjem ntar kalau material kacanya pecah gimana? kalau saya salah dalam pemakaian terus barangnya rusak gimana? kan nggak enak mau ngembaliinnya. Akhirnya jadilah itu slow cooker dibeli sama saya. Sudah mau 4 bulan berjalan.
2. Jatohnya Lebih Mahal
Saya juga sempat ngepoin beberapa tempat penyewaan perlengkapan dan mainan bayi di daerah Bandung dan Cimahi. Rata-rata harga sewa satu jenis mainan itu ratusan ribu per bulan. Gilak, mahal amat. Kalau nyewanya 3 bulan, misalnya, udah bisa beli baru tuh. Sedangkan untuk barang-barang branded yang harga belinya sampai berjuta-juta bahkan sampai puluhan juta, harga sewanya tentu lebih tinggi lagi. Lihat harga sewanya aja eike puyeng. lol
3. Suka Beli Barang yang Harganya Ekonomis
Contoh aja pengalaman saya sendiri ya, biar tulisannya akurat. Waktu hamil, saya niat mau beli stroller ke swalayan. Lihatlah satu merek, sebut saja E**e. Wah, bagus nih. Setelah raba-raba dan ketemu bandrol harga, tertegunlah saya. hahaha. Harganya udah sama dengan UMR Kota Bandung, cyin. Akhirnya nggak beli yang di swalayan itu dan memutuskan beli di marketplace aja. Pilih yang bentuknya simple, kokoh, dan yang terutama berfungsi sebagaimana mestinya-untuk kereta bayi. Saya buang jauh-jauh tuh "si gaya". Ketemulah stroller merk Pliko Winner dengan harga tigaratus ribuan dan beli baby walker merk Family dengan harga duaratus ribuan udah sama ongkir. Sampai sekarang, kalau lagi jalan-jalan kadang saya masih pakau stroller. Di rumah juga masih baby walker untuk situasai tertentu misal kalau "nyanding" bayi sambil masak biar nggak rawel sana-sini. Bisa dihitung sendiri berapa ratusribu yang harus saya keluarkan untuk menyewa dua barang ini.
Jadi, untuk menyewa perlengkapan dan mainan bayi ini, saya sih NAY. Masih sama sejak anak pertama di tim no sewa-sewa club dan bergembira kalau ada yang nglungsuri. lol
Berbeda dengan kedua teman saya ini. Mereka lebih memilih untuk menyewa perlengkapan bayi karena alasan tertentu. Kedua pilihan yang berbeda ini sebaiknya disesuaikan aja dengan kebutuhan masing-masing, ya. :)
Kalau pengen tau alasan mereka lebih memilih sewa, bisa baca tulisan Yasintha atau teh Herva di link di bawah ini:
- Menyewa Perlengkapan bayi, Yay or Nay
- Pengalaman Menyewa Perlengkapan Bayi di Cimahi
Kalau kalian, mending sewa atau beli?
Waktu itu ya gicu, walaupun saya sudah ada leptop untuk browsing dan internetnya pakai modem, tapi waktu menyusui dan browsing tidak bisa berbanding lurus seperti sekarang. Belum tahu kalau ada tempat penyewaan perlengkapan dan mainan bayi. Sehingga, segala perlengkapan bayi dan mainan semuanya saya beli. Bukan crazy rich sih, tapi karena nggak ada 'lungsuran' dan emang beneran nggak tau sudah ada atau belum keberadaan tempat sewa.
Saya masih ingat stroller Akram (anak ke-2), masih ingat gendongan kanguru/baby carrier Dhia yang berwarna merah. Saya ingat playmate atau puzzle warna-warni yang tulisannya A-Z. Nasib mereka gimana sekarang? Stroller, saya jual preloved. Waktu itu jualnya di marketplace barang-barang bekas. Baru sehari pasang iklan sudah ada yang nawar. Tipsnya, jangan jual terlalu tinggi, waktu itu saya jual dengan harga 60% dari harga baru. Kalau baby carrier saya kasihkan ke saudara. Sementara playmate masih ada sih sampai sekarang, cuma sudah jadi ganjel mesin cuci. lol
Kasur bayi? Beli yang murah.
Baby walker? Nggak pakai, dulu aku ibu perfeksionis, hahaha. Dan katanya nggak baik kalo pakai baby walker.
Jumper? nggak beli
mobil-mobilan yang digerakin pake kaki? Nggak beli.
Sepeda roda tiga? Beli second cuma 50.000
Waktu anak ketiga lahir, segala perlengkapan bayi sudah habis tak bersisa kecuali kain bedong dan selimut bayi. Jadi otomatis perlengkapan juga baru semua. Godaan untuk beli perintilan bayi yang segambreng itu sungguh bikin Oki Setiana Uwien jadi maju mundur syantiek untuk membeli. Mau nggak beli kok pengen. Mau beli kok nggak kuku liat harganya yang mehong. Aha! Kini ada tempat persewaan mainan bayi. Tapi enggak ding, saya sampai anak ke-3 ini tetap segan untuk nyewa.
Inilah 3 alasan mengapa saya tidak menyewa perlengkapan bayi dan mainan:
1. Tidak Bebas
Ibarat barang pinjeman, kita nggak bisa seenak udel sendiri pakainya. Karena cuma menyewa, jadi kan enggak bebas pakainya. Sementara saya orangnya nggak terlalu "apik" sama barang. (apik tuh bahasa Indonesianya apa sih?) Dan alasan utama si bayi enggak bebas juga pakainya. Ya ngapain disediain mainan kalau gitu?
Takut kotor lah, takut rusak lah, takut dipipisin anak lah. Pokonya kalau menurut saya, saya enggak nyaman. Mendingan beli yang harganya murah akutu, daripada barang mahal tapi sewa.
Waktu Arfan 5 bulan lebih ( udah persiapan MPASI), saya dipinjemin sama teteh baik hati yang sudah seperti keluarga sebuah Slow Cooker. Saya bilang maunya dibeli, soalnya kalau pinjem ntar kalau material kacanya pecah gimana? kalau saya salah dalam pemakaian terus barangnya rusak gimana? kan nggak enak mau ngembaliinnya. Akhirnya jadilah itu slow cooker dibeli sama saya. Sudah mau 4 bulan berjalan.
ini cuma 300 ribuan lho, nggak percaya? |
2. Jatohnya Lebih Mahal
Saya juga sempat ngepoin beberapa tempat penyewaan perlengkapan dan mainan bayi di daerah Bandung dan Cimahi. Rata-rata harga sewa satu jenis mainan itu ratusan ribu per bulan. Gilak, mahal amat. Kalau nyewanya 3 bulan, misalnya, udah bisa beli baru tuh. Sedangkan untuk barang-barang branded yang harga belinya sampai berjuta-juta bahkan sampai puluhan juta, harga sewanya tentu lebih tinggi lagi. Lihat harga sewanya aja eike puyeng. lol
3. Suka Beli Barang yang Harganya Ekonomis
Contoh aja pengalaman saya sendiri ya, biar tulisannya akurat. Waktu hamil, saya niat mau beli stroller ke swalayan. Lihatlah satu merek, sebut saja E**e. Wah, bagus nih. Setelah raba-raba dan ketemu bandrol harga, tertegunlah saya. hahaha. Harganya udah sama dengan UMR Kota Bandung, cyin. Akhirnya nggak beli yang di swalayan itu dan memutuskan beli di marketplace aja. Pilih yang bentuknya simple, kokoh, dan yang terutama berfungsi sebagaimana mestinya-untuk kereta bayi. Saya buang jauh-jauh tuh "si gaya". Ketemulah stroller merk Pliko Winner dengan harga tigaratus ribuan dan beli baby walker merk Family dengan harga duaratus ribuan udah sama ongkir. Sampai sekarang, kalau lagi jalan-jalan kadang saya masih pakau stroller. Di rumah juga masih baby walker untuk situasai tertentu misal kalau "nyanding" bayi sambil masak biar nggak rawel sana-sini. Bisa dihitung sendiri berapa ratusribu yang harus saya keluarkan untuk menyewa dua barang ini.
Jadi, untuk menyewa perlengkapan dan mainan bayi ini, saya sih NAY. Masih sama sejak anak pertama di tim no sewa-sewa club dan bergembira kalau ada yang nglungsuri. lol
Berbeda dengan kedua teman saya ini. Mereka lebih memilih untuk menyewa perlengkapan bayi karena alasan tertentu. Kedua pilihan yang berbeda ini sebaiknya disesuaikan aja dengan kebutuhan masing-masing, ya. :)
Kalau pengen tau alasan mereka lebih memilih sewa, bisa baca tulisan Yasintha atau teh Herva di link di bawah ini:
- Menyewa Perlengkapan bayi, Yay or Nay
- Pengalaman Menyewa Perlengkapan Bayi di Cimahi
Kalau kalian, mending sewa atau beli?
Kebetulan aku dan jajaran keluarga Contong termasuk jorse dalam pemakaian barang teh wkwkwk sehingga kalau punya sendiri wes tak bisa berkata-kata cem sepeda aja patah stangnya, bengkok ban-nya entah makenya cem di sirkus pa gimana tapi begitulah teh :D
ReplyDeletesempat juga dulu mau sewa perlengkapan mainan baby tapi membatalkan niat tersebut. Alasannya karena tidak bebas menggunakannya. Apalagi sampai rusak bakal rugi dua kali karena harus mengganti
ReplyDeletehehehe, aku sempat sewa beberapa mainan sih...emang kerasa lebih mahal nyewa...tapi mikir gak bakal dipakai lama juga...kayak pushwalker gitu
ReplyDeleteiya juga ya, nyewa tuh harus apik padahal urusan anak mana bisa apik ya?
ReplyDeletewaktu tinggal di Sydney dulu aku termasuk orang yang rajin banget nyewa barang2 keperluan bayi. mungkin karena semua disewa dengan harga murah ya. Tapi asyiknya, rumah yang super mungil jadi nggak cepet penuh. karena anak2 ku cepet banget bosan. kalo beli bakalan numpuk aja di rumah mungil kami
ReplyDeleteHm.... udah nggak punya bayi nih, Wien. :D Terakhir punya bayi 11 tahun lalu dan kayaknya belum musim sewa-sewa mainan gitu :D
ReplyDeleteiya mbak klo ada apa-apa malah rugi bandar ya
ReplyDeleteklo punya sendiri meski nanti ga kepakai bisa disimpan buat adek atau disedekahkan
Enakan beli sendiri sih, kalo sudah tidak digunakan lagi dan masih bagus bisa diberikan kepada ponakan atau saudara yg punya anak kecil..
ReplyDeleteKalo aku sih juga NAY, karena sewa itu kelihatan murah padahal mahal. Belum lagi kan barang sewaan ga tau yang nyewa udah berapa orang. Eh pas kita nyewa barangnya rusak atau hilang dll.. aku belum ada baby, tapi NAY lah..
ReplyDeletekalau aku punya anak nanti, kayaknya beli aja tapi yang sesuai kebutuhan. jadi nggak sampai kalap mata kecuali khilaf. hahaha
ReplyDeleteBener teh, aku juga lebih baik beli daripada sewa. Malah gak bebas, mana akunya juga slebor lagi. Hehe.
ReplyDeleteWah terimakasih ulasannya mbak. Jadi lebih paham bahwa sewa perlengkapan bayi jatuhnya lbih mahal.
ReplyDeleteKarena untuk bermain perlu rasa puas, aku lebih condong buat beli walau nabung agak lama dulu hehee :) Makasii tulisannya Kakaa
ReplyDeleteMemang sih, Mbak. Kalau punya sendiri mah enak ya bisa bebas pakai sesuka hati. Ga waswas rusak dan harus ganti trus bayar terus. Tapi kalau beli jadi numpuk barang baru ya--kecuali kalau dikasih orang ya habis itu.
ReplyDeleteAku yang belom punya bayi jadi mikir ya, nanti kalo punya bayi enaknya beli apa nyewa aja ya perlengkapannya :D nice infonya kaaak :")
ReplyDeleteMeskipun banyak pilihan sewa saya pun gak kepikiran utk sewa...jadi beli sendiri atau ngelungsur dari sodara. heehhe.. ntar saya juga ngelungsurin ke sodara lain.. jadi muter aja tu barang.
ReplyDeletekalau untuk beberapa barang ada yang lebih baik sewa aja, karena umur pemakaian yang tidak lama. Sayang kalau beli, teh. Tapi kalau tau harganya mahal, sih jadi mikir2 lagi, ya :D
ReplyDelete