Ketika membangun sebuah usaha kecil rumahan, yang terpikir oleh saya adalah mulai aja dulu. Seperti usaha membuat BusyBook yang saya rintis 6 tahun silam. Tapi memulai tanpa persiapan ternyata salah karena bisa berdampak tidak berkembangnya usaha tersebut.
Seperti yang biasanya terjadi pada UMKM yang dibangun para ibu (termasuk saya), misalnya.
- Tidak menggaji diri sendiri.
Yang terpikirkan karena ini usaha sendiri, ya suka-suka saya,nggak digaji pun tak apa. Ternyata salah, ya.. Tetep harus menggaji diri sendiri.
- Tidak mencatat pemasukan dan pengeluaran.
Rempong ya cyiin harus mencatat arus kas keluar masuk, apalagi yang usahanya masih segala dikerjakan sendiri.
- Mencampurkan antara uang usaha dengan uang keperluan sehari-hari.
Beli bahan, alat, dan sebagainya kemudian memproduksi barang, dapat pembeli, lalu uangnya buat belanja sayur atau bayar sekolah.
- Memakai Feeling Analis bukan Financial Analis
Ibu-ibu rata-rata kalau berbisnis tuh pakai "perasaan".
Alhasil, usaha kita bukannya jadi bisnis yang semakin besar malah jadi busynis. hehehe. Cuma capek riweuh dan sibuknya aja, hasilnya atau keuntungannya kagak ada.
Beruntung banget hari Rabu tanggal 28 Agustus 2019, saya diundang oleh The Urban Mama untuk mengikuti workshop Ibu Berbagi Bijak bertema Pengelolaan Keuangan untuk UMKM bersama financial planner idola ibu-ibu. Siapa lagi kalo bukan mbak Prita Ghozie.
Acara ini yang dipersembahkan oleh VISA ini telah dilaksanakan mulai tahun 2017. Dengan tujuan mengedukasi para ibu sebagai "mentri keuangan" rumah tangga supaya melek financial.
Acara diawali dengan sambutan oleh presiden direktur PT Visa Wordlwide Indonesia, bapak Riko Abdurrahman.
Dilanjutkan sambutan dari Ketua Komunitas Benua Balantik, bapak Muhammad Fadli. Serta bapak Teguh Rahayu dari OJK.
Masuk ke pembicara utama yaitu mbak Prita Ghozie. Seperti biasa, pemaparan mbak Prita selalu bikin JLEB aja. Sudah beberapa kali saya ikut workshopnya selalu terpukau dengan penjelasannya.
Mbak Prita memberi tips-tips mengelola keuangan untuk UMKM. Supaya usaha ibu-ibu bukan sekedar busynis atau sekedar mengisi waktu luang, ini beberapa tips yang bisa diterapkan untuk kita-kita para ibu yang punya usaha:
1. Pahami Modal dan Kebutuhan Dasar
Sebagai seorang wirausaha, kita harus memahami hal ini. Modal dan kebutuhan dasar sebuah usaha yaitu:
- Modal investasi awal
- Modal kerja operasional
- Biaya tetap
Modal investasi awal, bisa berupa: properti, fasilitas pendukung, dan pelatihan tenaga kerja. Sementata modal kerja operasional berupa: bstang dagangan dam barang pendukung. Sedangkan untuk biaya tetap berupa: biaya listrik, telepon, internet, biaya pemasaran, dan biaya pegawai.
2. Pikirkan Alternatif Sumber Pendanaan
Menurut Mbak Prita, ada beberapa pilihan lembaga untuk dijadikan alternatif sumber dana, yaitu Bank, Lembaga Keuangan Multi Finance, P2P Lending (Pinjaman Online).
Jika memilih menggunakan Pinjaman Online, pastikan sudah terdaftar dai OJK dan dibawah pengawasan OJK.
3. Arus Kas Usaha
Namanya usaha, pasti inginnya untung, bukan? nah apakah usaha yang selama ini dikerjakan itu untung(profit) atau rugi(loss) atau break even alias nggak rugi dan nggak untung? Maka dari itu perlu dilakukan Financial Analysis secara rutin pada usaha kita. Profit, loss atau break even itu dianalisa berdasarkan laporan keuangan, adanya neraca, laporan rugi laba dan pencatatan arus kas dalam laporan keuangan.
Banyak sekali kejadian ketika meminjam pada fintech bukan berdasarkan pada kebutuhan produktif, malah lebih banyak untuk kebutuhan konsumtif dan gaya hidup. Kalau kata anak milenial nih mau pansos tapi dengan cara utang. Hemm ini akan menjadi bom waktu yang nantinya malah sangat sangat merugikan. Sebaiknya, hindari deh berhutang ke fintech ilegal deh. Karena apa? Melakukan pinjaman di fintech ilegal itu berbahaya. Banyak dengar cerita dari orang-orang bahwa cara penagihan dengan teror, mengintimidasi, penagihan yang malah mengganggu teman-teman si peminjam; bunga dan denda yang tinggi; lalu data pribadi dapat di akses kan ngeri, dan yang lebih parahnya lagi tidak dapat diadukan ke OJK.
Demikian yang bisa saya bagi, semoga bermanfaat untuk kita semua. Terima kasih VISA untuk acara Ibu Berbagi Bijak ini, serta the Urban Mama.
Seperti yang biasanya terjadi pada UMKM yang dibangun para ibu (termasuk saya), misalnya.
- Tidak menggaji diri sendiri.
Yang terpikirkan karena ini usaha sendiri, ya suka-suka saya,nggak digaji pun tak apa. Ternyata salah, ya.. Tetep harus menggaji diri sendiri.
- Tidak mencatat pemasukan dan pengeluaran.
Rempong ya cyiin harus mencatat arus kas keluar masuk, apalagi yang usahanya masih segala dikerjakan sendiri.
- Mencampurkan antara uang usaha dengan uang keperluan sehari-hari.
Beli bahan, alat, dan sebagainya kemudian memproduksi barang, dapat pembeli, lalu uangnya buat belanja sayur atau bayar sekolah.
- Memakai Feeling Analis bukan Financial Analis
Ibu-ibu rata-rata kalau berbisnis tuh pakai "perasaan".
Alhasil, usaha kita bukannya jadi bisnis yang semakin besar malah jadi busynis. hehehe. Cuma capek riweuh dan sibuknya aja, hasilnya atau keuntungannya kagak ada.
Beruntung banget hari Rabu tanggal 28 Agustus 2019, saya diundang oleh The Urban Mama untuk mengikuti workshop Ibu Berbagi Bijak bertema Pengelolaan Keuangan untuk UMKM bersama financial planner idola ibu-ibu. Siapa lagi kalo bukan mbak Prita Ghozie.
Acara ini yang dipersembahkan oleh VISA ini telah dilaksanakan mulai tahun 2017. Dengan tujuan mengedukasi para ibu sebagai "mentri keuangan" rumah tangga supaya melek financial.
Acara diawali dengan sambutan oleh presiden direktur PT Visa Wordlwide Indonesia, bapak Riko Abdurrahman.
"Ibu Berbagi Bijak ini merupakan program dari VISA untuk mengedukasi para ibu supaya mempunyai literasi keuangan yang baik. Dimulai sejak tahun 2017. Sementara di seluruh dunia VISA telah melakukan program edukasi seperti ini sejak tahun 1995, namanya Practical Money Skill. Dimana telah mencapai sekitar 33 juta orang lebih dari 30 negara. Sementara Ibu Berbagi Bijak telah mengedukasi ibu-ibu lebih dari 300.000 orang di seluruh Indonesia."
Dilanjutkan sambutan dari Ketua Komunitas Benua Balantik, bapak Muhammad Fadli. Serta bapak Teguh Rahayu dari OJK.
Mengelola Keuangan untuk UMKM bersama Prita Ghozie
Masuk ke pembicara utama yaitu mbak Prita Ghozie. Seperti biasa, pemaparan mbak Prita selalu bikin JLEB aja. Sudah beberapa kali saya ikut workshopnya selalu terpukau dengan penjelasannya.
Mbak Prita memberi tips-tips mengelola keuangan untuk UMKM. Supaya usaha ibu-ibu bukan sekedar busynis atau sekedar mengisi waktu luang, ini beberapa tips yang bisa diterapkan untuk kita-kita para ibu yang punya usaha:
1. Pahami Modal dan Kebutuhan Dasar
Sebagai seorang wirausaha, kita harus memahami hal ini. Modal dan kebutuhan dasar sebuah usaha yaitu:
- Modal investasi awal
- Modal kerja operasional
- Biaya tetap
Modal investasi awal, bisa berupa: properti, fasilitas pendukung, dan pelatihan tenaga kerja. Sementata modal kerja operasional berupa: bstang dagangan dam barang pendukung. Sedangkan untuk biaya tetap berupa: biaya listrik, telepon, internet, biaya pemasaran, dan biaya pegawai.
2. Pikirkan Alternatif Sumber Pendanaan
Menurut Mbak Prita, ada beberapa pilihan lembaga untuk dijadikan alternatif sumber dana, yaitu Bank, Lembaga Keuangan Multi Finance, P2P Lending (Pinjaman Online).
Jika memilih menggunakan Pinjaman Online, pastikan sudah terdaftar dai OJK dan dibawah pengawasan OJK.
3. Arus Kas Usaha
Namanya usaha, pasti inginnya untung, bukan? nah apakah usaha yang selama ini dikerjakan itu untung(profit) atau rugi(loss) atau break even alias nggak rugi dan nggak untung? Maka dari itu perlu dilakukan Financial Analysis secara rutin pada usaha kita. Profit, loss atau break even itu dianalisa berdasarkan laporan keuangan, adanya neraca, laporan rugi laba dan pencatatan arus kas dalam laporan keuangan.
Acara dilanjut dengan edukasi tentang Fintech bermasalah oleh bapak Teguh Rahayu dari Kepala Bagian Edukasi & Perlindungan Konsumen OJK regional Jawa Barat.
Banyak sekali kejadian ketika meminjam pada fintech bukan berdasarkan pada kebutuhan produktif, malah lebih banyak untuk kebutuhan konsumtif dan gaya hidup. Kalau kata anak milenial nih mau pansos tapi dengan cara utang. Hemm ini akan menjadi bom waktu yang nantinya malah sangat sangat merugikan. Sebaiknya, hindari deh berhutang ke fintech ilegal deh. Karena apa? Melakukan pinjaman di fintech ilegal itu berbahaya. Banyak dengar cerita dari orang-orang bahwa cara penagihan dengan teror, mengintimidasi, penagihan yang malah mengganggu teman-teman si peminjam; bunga dan denda yang tinggi; lalu data pribadi dapat di akses kan ngeri, dan yang lebih parahnya lagi tidak dapat diadukan ke OJK.
Demikian yang bisa saya bagi, semoga bermanfaat untuk kita semua. Terima kasih VISA untuk acara Ibu Berbagi Bijak ini, serta the Urban Mama.
Ilmu banget nih workshopnya wien, jadi perlahan saya belajar membenahi keuangan bisnis nih, jangan sampai bisnis saya nih jadi busyness hihi.
ReplyDelete