Dulu saat keuangan keluarga mengalami collaps dan berada di titik nol (minus malahan), saya sempat membuat sebuah usaha handicraft. Namanya Busy Book. Bermodalkan hanya beberapa ratus ribu rupiah, saya membuat mainan anak-anak dari kain flanel. Pada awalnya saya mempromosikan produk hanya ke teman-teman dekat. Tak disangka sambutan mereka bagus dan mengapresiasi mainan handmade yang saya buat. Mereka minta saya membuatkan Busy Book untuk anak-anak balita mereka. Serta digunakan untuk kado hadiah ulang tahun anak temannya
Dari situ, saya beranikan diri untuk membuat akun instagram @crafterdiary dan mempromosikan produk yang saya bikin di sana. Saya juga menulis khusus Busy Book di blog ini.
Beberapa bulan kemudian, mainan Busy Book ini viral dan ngehits banget waktu itu. Kunjungan ke artikel Busy Book di blog ini mencapai ribuan per harinya. Orderan semakin berdatangan. Dari hari ke hari semakin bertambah banyak waiting list-nya.
Waktu itu saya membutuhkan modal tambahan sebenarnya. Namun saya bingung kemana saya mencari modal untuk membeli bahan-bahan untuk menyelesaikan pesanan. Saya waktu itu belum bergabung di komunitas UMKM, koperasi, dan sebagainya. bener-bener sendiri pokoknya. Bank? Belum sampai ke sana karena modal yang dibutuhkan cuma beberapa juta aja.
Andai dulu saya sudah mengetahui Amartha...
(Gak boleh berandai-andai yaaach. hihihi)
Beberapa saat lalu, saya dan komunitas ISB (Indonesian Sosio Blogpreuner) berkesempatan untuk mengenal tentang aplikasi Amartha ini.
Apa itu Amartha?
Amartha merupakan microfinance marketplace yang menghubungkan antara pendana (lenders) dengan Pengusaha Mikro. Atau biasa disebut P2P (Peer to Peer) Lending. Amartha sudah terdaftar dan diawasi oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan).
Yang menarik dari Amartha diantaranya:
- Hanya memberikan pinjaman produksi/untuk modal usaha. yang konsumteif kayak misal vvuntuk beli HPV baru mah nggak bisa, yaa.
- Hanya memberikan pinjaman kepada ibu-ibu/perevmvpuan pelaku UMKM di pedesaan, sorry ... bapak-bapak gak boleeeh.
- Melayani segmen mikro di desa-desa yang belum terlayani oleh jasa keuangan formal.
- Amartha menggunakan konsep Grameen Model, yaitu pemberian modal usaha dengan membentuk kelompok usaha berisi 10-20 orang anggota dan menerapkan sistem tangung renteng. tanggung renteng ini untuk mengantisipasi mitra yang gagal bayar, jadi ditanggung oleh teman-teman satu kelompok usaha.
Amartha ini termasuk ke impact investing atau pendanaan berdampak. Yaitu strategi investasi yang menguntungkan investasi sekaligus menciptakan dampak positif untuk sosial dan lingkungan.
Dampak Sosial Ekonomi yang dirasakan seperti:
Dampak sosial: mitra Amartha memiliki skill baru dari pertemuan kelompok, mitra Amartha mampu menyekolahkan anak, mitra lebih berdaya dan percaya diri dalam keluarga, memiliki jenjang sosial baru dan relasi bisnis.
Dampak Ekonomi: mampu memenuhi kebutuhan dasar, pendapatannya naik, menyerap tenaga kerja, lebih optimis dalam melihat masa depan.
Jadi, buat teman-teman di sini apabila ada perempuan pelaku UMKM yang sedang membutuhkan modal usaha, silahkan dikasih tahu kalau ada Amartha. Semoga membantu usaha kecil mereka terus tetap berjalan dan siapa tahu semakin besar dan membantu mengangkat perekonomian keluarga mereka juga.