14 December 2024

Menghapus Trauma dan Phobia

Seorang anak bernama Kenanga tumbuh dalam lingkungan yang penuh konflik. Orang tuanya sering bertengkar, dan Kenanga menjadi saksi kekerasan verbal dan fisik antara mereka. Selain itu, Kenanga sering mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari orang tua, seperti kritik yang tajam dan hukuman yang berlebihan.

Kenanga sering merasa tidak dihargai dan dicemooh oleh orang tuanya. Setiap kali mencoba mengungkapkan pendapat, ia mendapatkan respon negatif, membuatnya merasa tidak berharga. Terkadang, ketika orang tuanya marah, mereka melampiaskan kemarahan pada Kenanga dengan memukul atau mendorongnya. Senyumnya yang ceria perlahan menghilang, digantikan oleh rasa takut dan cemas.

Kenanga mulai merasa terasing dari teman-temannya karena merasa malu dengan situasi di rumah. Ia tidak pernah merasa bebas untuk berbagi tentang kehidupannya, merasa bahwa tidak ada yang akan memahami atau menerima dirinya.

Trauma yang dialami Kenanga berlanjut hingga dewasa. Ia menghadapi kesulitan dalam menjalin hubungan yang sehat, selalu merasa tidak layak dicintai. Ia mengalami kecemasan, depresi, atau bahkan berjuang dengan berbagai phobia. Ketidakmampuannya untuk mempercayai orang lain dan keterbatasan emosi sering menghambat kebahagiaannya.

Sehingga ia tidak menyadari bahwa ia bisa memilih untuk bahagia, layak dan berharga.

 

BagaimanaTrauma dan Phobia dapat Terbentuk?

Di sekitar kita banyak sekali cerita trauma yang dialami seseorang. Atau mungkin kita sendiri yang mengalaminya? Dari yang terlihat “sepele” seperti cemas saat naik pesawat, takut terhadap buah-buahan tertentu, takut kucing, dan lain sebagainya. Hingga hal-hal besar yang sampai mengganggu kesehatan mental seseorang.

Trauma dan atau phobia dapat terbentuk akibat pengalaman negatif atau menakutkan yang dialami seseorang yang terjadi akibat dari pelecehan emosional, kekerasan fisik, keterasingan seperti yang terjadi pada cerita Kenanga di atas.

 


Penyebab Trauma dan Phobia

Saya dulu pernah takut sama kucing dan anjing, karena pernah suatu siang sewaktu saya kecil, tiba-tiba ada kucing tidur di sebelah saya. Saya juga pernah dikejar dan hamper digigit anjing. Pengalaman tersebut membuat saya takut dekat-dekat dengan keduanya. Itu cerita trauma “ringan” saya.

Sedangkan trauma berat yang dialami akibat melihat kekerasan dalam keluarga, dapat berkontribusi pada pembentukan hubungan yang toksik di masa dewasa.

 

Ada banyak sekali penyebab trauma, diantaranya:

·        Pengalaman Traumatis:

Kejadian seperti kecelakaan, kekerasan, atau kehilangan yang mendalam. Hal ini memicu respon emosional dan psikologis yang mendalam.

 

·        Pengaruh Lingkungan:

Lingkungan keluarga atau sosial yang penuh tekanan, ketidakpastian, atau ketidakamanan. Trauma yang dialami akibat melihat kekerasan dalam keluarga dapat berkontribusi pada pembentukan hubungan yang toksik di masa dewasa.

 

·        Genetik dan Biologis:

Beberapa orang mungkin memiliki kecenderungan genetik untuk mengalami kecemasan atau reaksi emosional yang lebih kuat. Seperti ibu hamil yang mengalami kecemasan, akan menurunkan kecemasan pula kepada bayinya.

 

·        Pembelajaran:

Phobia seringkali terbentuk melalui pembelajaran, dimana seseorang mengasosiasikan objek atau situasi tertentu dengan ketakutan yang ekstrem.

 

Dampak Trauma pada Relationship

Seseorang yang tumbuh dalam lingkungan dimana orang tuanya sering berkonflik secara fisik dan verbal,  menyaksikan perkelahian antara orang tua dan merasakan ketakutan yang mendalam setiap kali suara keras terdengar di rumah. Hal tersebut membentuk pandangannya tentang cinta dan relationship.

Banyak tumbuh dengan melihat kekerasan mengajarkan bahwa konflik dalam hubungan adalah hal yang biasa. Ia menganggap bahwa cinta bisa disertai dengan rasa sakit, sehingga tidak menganggap serius tanda-tanda peringatan dalam relationship di kemudian hari.

Kemungkinan besar akan menciptakan pola hubungan yang sama dengan yang ia lihat, berusaha mempertahankan hubungan meskipun itu toxic. Dan akan menarik perhatian pasangan yang memiliki sifat agresif atau merendahkan.

Melihat kekerasan membuat seseorang sering mengalami kecemasan dan ketidakpastian. Ketika berinteraksi dengan pasangan pun jadi merasa sulit untuk percaya sepenuhnya, selalu merasa waspada terhadap potensi konflik.

Adapun dampak yang bisa terjadi akibat trauma diantaranya:

Toxic Relationship: terjebak dalam hubungan yang tidak sehat, dimana pasangan sering menyakiti atau merendahkan. Pada saat yang sama kan merasa tidak berdaya untuk keluar dari hubungan tersebut karena ketakutannya terhadap kesendirian.

Rasa Tidak Berharga: Trauma membuat seseorang merasa tidak layak mendapatkan cinta yang baik. Ia akan cenderung mengabaikan kebutuhannya dan terus berupaya agar pasangan tetap bahagia, meskipun itu mengorbankan dirinya.

Kesulitan dalam Mempertahankan Batasan: Karena kurangnya pengetahuan tentang batasan yang sehat, maka akan kesulitan untuk menolak perilaku negatif dari pasangannya, menempatkan dirinya dalam posisi rentan.

 

Bagaimana Mengatasi Trauma dan Phobia?

Trauma dari masa lalu dapat memengaruhi hubungan di masa depan. Jika Anda tengah membaca tulisan ini, tolong akui ini awal dari perubahan Anda. Anda menginginkan kondisi yang berbeda / lebih baik untuk menghapus trauma yang pernah Anda alami.

Penyembuhan memang memerlukan waktu dan usaha, tetapi dengan dukungan yang tepat, seseorang dapat memperbaiki pola tersebut dan menemukan hubungan yang lebih sehat.

 

Apa saja yang dapat Anda lakukan untuk menghapus trauma?

Untuk penanganan trauma dan phobia yang lebih mendalam, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental. Beberapa cara di bawah ini mungkin bisa Anda pertimbangkan.

1.      Terapi Psikologis

Terapi seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dan EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing) dapat sangat efektif untuk mengatasi trauma.

2.      Teknik Relaksasi

Latihan pernapasan, meditasi, journaling dan mindfulness dapat membantu mengurangi kecemasan saat menghadapi hal yang ditakuti.

3.      Eksposur Bertahap

Untuk phobia, terapi eksposur bertahap dapat membantu seseorang beradaptasi dengan situasi menakutkan secara perlahan.

4.      Dukungan Sosial

Dukungan dari teman dan keluarga dapat membantu proses penyembuhan. Meskipun begitu tidak juga mengandalkan teman dan keluarga, karena membuang trauma adalah keputusan sendiri sementara lingkungan social hanya menyumbang sebagian kecil dari proses itu.

5.      Obat-obatan

Dalam beberapa kasus, dokter dapat meresepkan obat untuk membantu mengatasi gejala kecemasan yang terkait dengan trauma atau phobia.

6.      Access Bars

Sesi Bars dari Access Consciousness sangat efektif untuk delete trauma dan phobia.

Bars adalah sesi dimana Anda akan disentuh secara ringan pada 32 titik di kepala. Titik-titik ini yang berfungsi seperti tombol ‘delete’ pada komputer. Prosesnya sangat mudah bahkan jika secara rutin menerima Bars, trauma dan phobia yang selama ini dialami akan terbuang jika Anda bersedia untuk membuangnya.

Untuk mendapatkan sesi Bars, Anda bisa mendapatkannya di Klinik Lineation jalan Leumah Neundeut no 10 Setrasari Bandung dengan menghubungi Customer Service dan  ingin Bars dengan Uwien yaa.

Atau Anda bisa kontak di sini.

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Hai, terima kasih sudah membaca dan berkomentar. :)
Mohon maaf komentar dimoderasi karena banyak spam yang masuk.